Rabu, 22 Juni 2011

Penentuan kadar vitamin C


A.  JUDUL PERCOBAAN
Penentuan kadar vitamin C
B.   TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kadar vitamin C dan membandingkan jumlah volume natrium tiosulfat yang digunakan antara sampel yang menggunakan vitamin C dengan sampel tanpa vitamin C
C.  LANDASAN TEORI
Vitamin C adalah vitamin anti-skorbat. Dijumpai dalam banyak buah-buahan, khususnya dalam jeruk dan sayuran. Penting untuk perkembangan yang sehat bagi semua jaringan ikat. Menambah kekebalan terhadap infek dan membantu penyembuhan luka dan fraktur kekurangan akan vitamin ini menimbulkan pendarahan bawah kulit (Evelyn C. Pearce, 2006 : 173).
Vitamin C sebagai anti-oksidan selain dapat memperbaiki sel tubuh dan jaringan kulit yang rusak akibat radikal bebas. Dalam merawat kecantikan, vitamin C memiliki peran penting dalam melancarkan peredaran darah sehingga kulit terlihat lebih segar. Vitamin ini juga akan merangsang pembentukan kolagen kulit dan menjaganya dari kerusakan. Vitamin C memiliki sifat sebagai water holder (menyimpan air) sehingga mampu menjaga kelembapan kulit dan mencegah dari kekeringan (Wikipedia, 2010 : 1).
Asam askorbat dinamakan pula sebagai vitamin C yang berupa Kristal putih, mempunyai rasa asam, tidak berbau. Dalam larutan vitamin C mudah rusak, karena dioksidasi oksigen udara, lebih stabil dalam bentuk kristal kering. Memiliki struktur yang mirip dengan struktur monosakarida, mengandung gugus enediol yang melepaskan hidrogren terbentuk dehidroaskorbat. Asam askorbat dan dehidroaskorbat, kedua-duanya fisiologis aktif.





           
Kekurangan vitamin C memberikan kelainan klinis berupa skorbat memberikan kelainan pada rongga mulut, terutama gusi, pembuluh darah kapiler dan jaringan tulang (Hardjasasmita, Pandjita, 1991 : 90-91)
Menurut Ir. Ali Khomzan (2010), berikut ini beberapa manfaat dan vitamin C, yaitu:
  1. Vitamin C dapat memperkuat otot jantung
  2. Vitamin C berperan paling melalui proses metabolism kolesterol karena dalam proses metabolism kolesterol vitamin C dapat meningkatkan laju kolesterol yang terbuang dalam bentuk asam empedu dan mengatur metabolism kolesterol
  3. Vitamin C dapat meningkatkan kadar HDL dan berfungsi sebagai pencakar sehingga dapat meningkatkan pembuangna kotoran
  4. Vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida tinggi
  5. Vitamin C sangat berperan dalam sintesis kolagen sehingga dapat mencegah terserang penyakit jantung koroner
Disamping melalui konsumsi natural, vitamin C juga dapat diperoleh melalui injeksi atau buatan (Wikipedia, 2008 : 3).
Asam askorbat nampaknya berfungsi sebagai kofaktor di dalam hidroksida enzimatik residu prolin pada kalogen dari jaringan pengikat vertebrata, membentuk residu 4-hidroksi-prolin. Residu hidroksi prolin ditemukan hanya pada kalogen dan tidak ada pada protein hewan lainnya. Walaupun asam askorbat kelihatannya berfungsi dalam pembentukan dan pertahankan komponen utama pada jaringan pengikat hewan tingkat tinggi, tetapi masih belum dapat dipastikan bahwa fungsi ini merupakan satu-satunya atau bahkan fungsi utama vitamin ini (Lehninger, Albert, 1982 : 298).
Sumber vitamin C yang baik adalah buah-buahan dan sayuran segar. Bagian buah dengan kandungan vitamin C terbanyak adalah bagian kulitnya, kemudian bagian dagingnya dan terakhir bagian bijinya (Hardjasasmita, Pandjita, 1991 : 91).
D.  ALAT DAN BAHAN
1.      Alat-alat yang digunakan:
  1. Pipet volume 25 mL 1 buah
  2. Buret 50 mL 1 buah
  3. Labu Erlenmeyer 250 mL 3 buah
  4. Labu semprot
  5. Gelas kimia 500 mL 3 buah
  6. Statif dan klem
  7. Batang pengaduk
  8. Mortar dan alu
  9. Kaca arloji
  10. Corong biasa
  11. Bunsen, kasa asbes dan kaki tiga
  12. Pipet tetes
  13. Gelas ukur 10 mL dan 50 mL
2.      Bahan-bahan yang digunakan:
  1. Vitamin C
  2. Aquadest
  3. H2SO4 2 N
  4. Iod 0,1 N
  5. Na2S2O3
  6. Amilum
  7. Issue
  8. Korek api
E.   PROSEDUR KERJA
1.      Sampel
  1. Memasukkan 0,3 gram serbuk vitamin C ke dalam labu Erlenmeyer
  2. Memasukkan aquades dingin (yang telah dipanaskan terlabih dahulu) sebanyak 20 mL ke dalam labu Erlenmeyer
  3. Menambahkan 5 mL H2SO4 2 N dan 50 mL larutan iod 0,1 N
  4. Menambahkan amilum sebanyak 3 tetes sebelum titrasi
  5. Menitrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N sampai warna biru hilang selama tiga kali titrasi
  6. Menghitung jumlah volume tiosulfat yang digunakan
2.      Blanko
  1. Memasukkan 20 mL aquades ke dalam labu Erlenmeyer
  2. Menambahkan 5 mL H2SO4 2 N dan 50 mL larutan iod 0,1 N
  3. Menambahkan amilum sebanyak 3 tetes sebelum titrasi
  4. Menitrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N sampai warna biru hilang selama tiga kali titrasi
  5. Menghitung jumlah volume tiosulfat yang digunakan
3.      Untuk perbandingan
  1. Memasukkan 0,3 gram serbuk vitamin C ke dalam labu Erlenmeyer
  2. Memasukkan 20 mL aquades dingin (yang telah dipanaskan terlabih dahulu), 5 mL H2SO4 2 N dan 50 mL larutan iod 0,1 N
  3. Menitrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N tetapi sebelumnya ditambahkan 3 tetes amilum
  4. Menghitung jumlah volume tiosulfat yang digunakan
  5. Memasukkan 20 mL aquades ke dalam labu Erlenmeyer
  6. Menambahkan 5 mL H2SO4 2 N dan 50 mL larutan iod 0,1 N dan 3 tetes amilum
  7. Menitrasi dengan larutan natrium tiosulfat
  8. Menghitung jumlah volume tiosulfat yang digunakan
F.   HASIL PENGAMATAN
1.      Sampel
Vitamin C (sudah digerus) 0,3 gr + 20 mL H2O + 5 mL H2SO4 2 N + 50 mL iod 0,1 N cokelat + amilum titrasi tio   larutan kuning
(V1 = 31,5 ; V2 = 31,5 ; V3 = 31,5) mL
2.      Blanko
20 mL H2O + 5 mL H2SO4 2 N + 50 mL iod 0,1 N cokelat + amilum    titrasi tio           larutan bening
(V1 = 34,8 ; V2 = 34,6 ; V3 = 35,0) mL
3.      Untuk perbandingan
-  Vitamin C (sudah digerus) 0,3 gr + 20 mL H2O + 5 mL H2SO4 2 N + 50 mL iod 0,1 Ncokelat + amilum titrasi tio  larutan kuning (V = 95 mL)
-  20 mL H2O + 5 mL H2SO4 2 N + 50 mL iod 0,1 Ncokelat + amilum titrasi tio  larutan bening (V = 101,5 mL)
G.  ANALISIS DATA
Dik:             Ntio = 0,1 N
                   N = 2
                       
Vrata2 smpl I            =
                                                = 31,5 mL
Vrata2 smpl II           =
                                                = 34,8 mL
Dik: Kadar Vit. C = ….?
Peny:
            mg vit. C          = (N.V)tio x
                                    = 0,1 mek/ml x 1 ml x.
                                    = 8,8 mg
            1 mL Na2S2O3 0,1 N setara dengan 8,8 mg vit. C
            Jadi, banyaknya mg vit. C dalam 1 mL tiosulfat yaitu 8,8 mg/mL
            Berat praktek vit. C yaitu:
            mg vit. C          = VII – VI x mg vit. C dalam 1 mL tio
                                    = (34,8 – 31,5) mL ­x 8,8 mg/mL
                                    = 3,3 mL x 8,8 mg/mL
= 29,04 mg
            kadar vit. C      = x 100 %
                                    = x 100 %
                                    = 9,68 %
H.  PEMBAHASAN
Tujuan dan percobaan ini yaitu untuk menentukan kadar vitamin C dan membandingkan jumlah volume natrium tiosulfat yang digunakan antara sampel yang menggunakan vitamin C dengan sampel tanpa vitamin C. Vitamin C merupakan vitamin yang mudah teroksidasi, mudah larut dalam air dan mudah rusak pada temperature tinggi.
Sebelum dilarutkan dalam air, vitamin C digerus terlebih dahulu agar menjadi serbuk halus sehingga lebih mudah larut. Aquades akan digunakan untuk melarutkan vitamin C dipanaskan terlebih dahulu agar tidak ada lagi zat-zat pengotor yang dapat mengganggu jalannya reaksi dan juga aquades yang dipanaskan tidak boleh terlalu panas karena struktur vitamin C dapat rusak akibat suhu yang tinggi
Setelah vitamin C larut dalam aquades ditambah dengan H2SO4 2 N yang berfungsi untuk menghambat terjadinya oksidasi dengan memberi suasana asam pada larutan karena H2SO4 merupakan asam kuat yang bila dilarutkan dalam air dapat memperbesar konsentrasi ion H+. Dan ditambahkan juga dengan larutan iod 0,1 N yang berfungsi untuk memutuskan ikatan rangkap antara atom C nomor 2 dan atom C nomor 3 dengan reaksi:





Sebelum dititrasi, dilakukan penambahan amilum yang berfungsi agar tidak terlalu banyak natrium tiosulfat yang digunakan untuk membebas iod, kemudian melakukan titrasi dengan natrium tiosulfat sebanyak tiga kali. Berdasarkan anaisis data diketahui volume rata-rata Na2S2O3 yang digunakan unutk sampel yaiut 31,5 mL.
Sedangkan untuk blanko tidak menggunakan vitamin C karena untuk membandingkan jumlah volume natrium tiosulfat yang digunakan. Berdasarkan analisis data diketahui volume rara-rata Na2S2O3 yang digunakan untuk blanko yaitu 34,8 mL.
Penggunaan Na2S2O3 lebih banyak oleh blanko dari sampel, karena iod telah terikat oleh vitamin C, pada sampel sedangkan pada blanko tidak menggunakan vitamin C. begitupun juga untuk perbandingan yang satu kali titrasi, sampel yang menggunakan vitamin C lebih sedikit volume Na2S2O3 yang digunakan yaitu 95 mL dibandingkan dengan blanko tanpa vitamin C yaitu 101,5 mL. hal ini disebabkan juga karena iod telah terikat oleh vitamin C pada sampel.
Berdasarkan analisis data diperoleh kadar vitamin C yaitu 9,68 % yang berarti bahwa nilai yang diperoleh jauh dari angka 100 %. Hal ini terjadi karena vitamin C yang digunakan telah teroksidasi.
I.     KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari hasil percobaan kadar vitamin C yang diperoleh yaitu 9,68 %.
2.      Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan percobaan dan menutup dengan baik vitamin C yang akan digunakan agar tidak teroksidasi

urine


A.  JUDUL PERCOBAAN
URINE

B.  TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan zat-zat organik pada urine

C.  LANDASAN TEORI
Urine merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian  akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostatis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring didalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kantung kemih, akhirnya dibuang melalui tubuh melalui uretra (Anonim, 2010).
Urine dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk cairan yang mengandung air, berbagai jenisgaram, senyawa nitrogen organik seperti urea, kreatinin, serta asam urat sebagai hasilmetabolisme. Setiap hari manusia mengeluarkan urine sekitar 1-1,5 liter dengan kadar zat kering 40-50 gram. BD urine adalah 1,0003-1,025 (Tim Dosen Biokimia, 2010 : 18).
Penyinaran dengan cahaya matahari atau ultraviolet mengurangi endapan perak klorida, yang menjadi abu-abu atau hitam karena terbentuknya logam perak.
AgCl        2 Ag         + Cl2               
Reaksi ini lambat dan mekanismereaksi yang sesungguhnya sangatlah rumit. Halida perak yang lain menunjukkan sifat-sifat yang serupa. Fotografi didasarkan atas reaksi ini. Dalam kamera, proses-proses ini hanya dimulai dari bahan foto harus dikembangkan untuk menyelesaikan reaksi. Partikel-partikel perak yang abu-abu atau hitam muncul pada tempat-tempat yang telah disinari cahaya, maka diperolehnya gambaran negatif dari objek. Kelebihan perak halida harus dihilangkan (agar negatif yang telah dikembang takpeka lagi terhadap cahaya), yaitu dengan memfiksasi (Svehla, 1985 : 218).
Analisis urine secara fisik  meliputi pengamatan warna urine, berat jenis cairan urine, dan pH serta suhu urineitu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan protein ada banyak sekali metode yang ditawarkan mulai dari metode uji milon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalah analisis secara mikroskopik. Sampel urine secara langsung diamati dibawah mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa sajayang terkandung didalam urine tersebut, misalnya, kalsium pospat, serat tanaman, bahkan bakteri (Anonim, 2010).
Urine mengenal protein dilakukan uji biuret yang menggunakan pereaksi Cu2+(aq) encer dalam NaOH pekat dan memberikan warna ungu. Warna ungu ini disebabkan oleh terbentuknya senyawa kompleks dengan ion pusat Cu2+ dan gugus-gugus –NH2 pada protein sebagai ligan. Uji lain untuk mengenal protein adalah uji xantoprotein dengan HNO3 pekat dan NaOH pekat, menghasilkan warna kuning yang berubah merah tua (Liliasari, 1995 : 177).
Hans krebs dan Kurt Henseleit pada tahun 1932 mengemukakan serangkaian reaksi kimiatentang pembentukan urea. Mereka berpendapat bahwa urea terbentuk dari amonia dan karbondioksida melalui serangkaian reaksi kimiayang berupa siklus, yang mereka namakan siklus urea. Pembentukan urea ini terutama berlangsung dalam air, bersifat netral, terdapat dalam urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh (Poedjiadi,Anna, 2006 : 321).
Menurut Anonim (2010), ciri-ciri warna urine yang tidak sehat yaitu :
1.    Merah muda, atau merah kecoklatan
2.    Kuning gelap atau orange
3.    Coklat bening dan gelap
4.    Hijau atau biru


D.  ALAT DAN BAHAN
1.      Alat :


a.       Rak tabung reaksi 1 buah
b.      Tabung reaksi 10 buah
c.       Gelas ukur 50 ml 1 buah
d.      Gelas ukur 10 ml 2 buah
e.       Labu erlenmeyer 250 ml 2 buah
f.        Labu semprot
g.       Gelas kimia 800 ml dan 250 ml 2 buah
h.       Bunsen, kasa asbes
i.         Penjepit tabung
j.        Kaca arloji
k.      Batang pengaduk
l.         Selang
m.     Pipet tetes




2.      Bahan :


a.       AgNO3 0,1 M
b.      Ammonium molibdat
c.       HNO3 pekat
d.      BaCl2 0,1 M
e.       HCl 0,1 M
f.        NaOH 0,1 M, 1 M, & 2,5 M
g.       Kertas lakmus
h.       Asam asetatp.a dan 0,1 M
i.         Sampelurine
j.        NH4OH pekat dan 1 M
k.      (NH4)2SO4 padat & jenuh
l.         Natrium nitroprusiad 5 %
m.     Pereksi benedict
n.       Pereaksi tollens
o.      Pereaksi fehling
p.      Urea padat
q.      CuSO4 0,01 M
r.        Pereaksi Nessler
s.       Glukosa 1%
t.        Ammonium oksalat
u.       Barium hidroksida








E.   PROSEDUR KERJA
Penentuan zat-zat organik
1.      Cl-
Memasukkan 3 ml urine dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan 5 tetes AgNO3 encer. Mengamati.
2.      PO43-
Memasukkan 3 ml urine dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan 1 ml ammonium molibdat dan beberapa tetes HNO3 pekat. Mengamati
3.      SO42-
Memasukkan 3 ml urine dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan 3 tetes BaCl2 0,1 M dan 3 tetes HCl 0,1 M. Mengamati lalu menyaringnya. Menyimpan filtratnya.
4.      NH4+
Memasukkan 3 ml urine dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan setetes demi setetes NaOH 0,1 M sampai suasana basa. Membagi dua, bagian pertama dipanaskan sambil alirkan gas yang terbentuk kedalam larutan Ba(OH)2. Bagian kedua, panaskan sambil dialirkan gas yang terbentuk kedalampereaksi Nessler. Mengamati.
5.      Ca2+
Memasukkan 5 ml urine dalam tabung reaksi. Menambahkan 3 tetes ammonium oksalat jenuh dan beberapa tetesasam asetat.mengamati.
6.      Mg2+
Memasukkan 10 ml urine dalam tabung reaksi, menetesi NaOH 0,1 M sampai suasana basa, menetesi dengan asam asetat 0,1 M sampai suasana asam. Menambahkan ammonium oksalat jenuh sampai terbentuk endapan. Meenyaring, filtrat ditambah NH4OH 1 M, jika tidak ada endapan tutup dengan kapas dan biarkan semalam.


7.      Tes Nitroprusid Kreatinin
Memasukkan 5 ml urine kedalam tabung reaksi, menambahkan 5 tetes natrium nitroprusit 0,1 M. Menambahkan NaOH 1 M tetes demi setetes sampai warna merah terbentuk. Didihkan. Mengasamkan dengan hati-hati dengan asam asetat glasial lalu panaskan selama satu menit. Mencatat semuaperubahan yang terjadi.
8.      Tes Terhadap Badan-badan Keton
Menjenuhkan 10 ml urine dengan (NH4)2SO4 padat. Menambahkan 2-3 tetes na-nitroprusid 5% dan 1-2 ml NH4OH pekat. Mencampurkan dengan baik, membiarkan selama 30 menit. Mengamati perubahan yang terjadi.
9.      Tes Gula-Gula pereduksi
Mengambil3 tabung reaksi lalu mengisi dengan 5 tetes urine. Menambahkan masing-msing dengan 5 ml pereaksi benedict, fehling dan tollens. Memasukkan dalam penangas air sampai mendidih beberapa saat. Mengulangi percobaandengan mengganti urine dengan glukosa 1%.
10.  Pembentukan Biuret
Memanaskan 1 gram urea dalam tabung reaksi.memperhatikan bau yang timbul setelah melebur, melanjutkan pemanasan sampai membeku. Mendinginkan dan menambahkan 2 ml aquadest, mengocok lalu menambahkan 1 ml NaOH 2,5 N dan menambahkan tetes demi setetes CuSO4 0,01 M sampai terjadi perubahan warna.

F.   HASIL PENGAMATAN
Penentuan zat-zat organik
1.        Cl-
Urine (kuning) 3 ml + AgNO3 encer (bening)                larutan keruh, endapan putih 


2.   PO43-
3 ml urine (kuning) + 1 ml ammonium molibdat (bening) + 3 tetes HNO3(p)
                        Larutan hijau muda, endapan putih
3.      SO42-
3 ml urine (kuning) + 3 tetes BaCl2 0,1 M + 3 tetes HCl 0,1 M               putih keruh, ada endapan
4.        NH4+
3 ml urine (kuning) + 5 tetes NaOH  1. Tabung I larutan urine   + Ba(OH)2         larutan warna putih, ada endapan. 2. Tabung II larutan urine  + pereaksi Nessler                 larutan orange, ada endapan
5.        Ca2+
5 ml urine + 3 tetes (NH4)2C2O4 + 3 tetes CH3COOH(p)                   larutan kuning
6.        Mg2+
5 ml urine + beberapa tetes NaOH 0,1 M  suasana basa + beberapa tetes CH3COOH 0,1 M suasana asam + (NH4)2C2O4 sampai terbentuk endapan  filtrat + NH4OH 1 M   terbentuk endapan
7.        Tes Nitroprusid Kreatinin
5 ml urine + 5 tetes na-nitroprusid 0,1 M + NaOH 1M              larutan kemerahan + asam asetat glasial (3 tetes)                         biru kehijauan
8.        Tes Terhadap Badan-badan Keton
10 ml urine + (NH4)2SO4 padat      larutan jenuh + 3 tetes na-nitroprusid 5% + 2 ml  NH4OH pekat               laruta bening > positif terbentuk 2 lapisan (lap. Atas kuning, lap. Baawah bening) dan terbentuk cincin orange

9.        Tes Gula-Gula pereduksi
Ø  5 tetes urine + 5 ml benedict                 larutan biru tua                   endapan merah bata
Ø  5 tetes urine + 5 ml tollens         larutan putih keruh                  cermin perak          
Ø  5 tetes urine + 5 ml fehling A                   larutan biru muda                 hijau
Ø  5 tetes urine + 5 ml fehling B                   larutan bening                hijau
Urine diganti dengan glukosa dan diperoleh hasil yang sama dimana urine mengandung glukosa.
10.    Pembentukan Biuret
1 gram urea   bau amonia   putih   + 2 ml aquadest  + 1 ml NaOH 2,5 N                larutan bening + CuSO4 0,01 M (hijau)
                        Larutan ungu

G.  PEMBAHASAN
Percobaan ini berfungsi untuk menentukan zat-zat organik pada urine. Pada penetuan Cl-, urine direaksikan dengan AgNO3 encer yang berfungsi untuk membentuk endapan putih dari AgCl. Adapun reaksi yang terjadi yaitu :
Cl- + AgNO3                    AgCl    + NO3-
Pada penentuan PO43-, urine ditambahkan dengan ammonium molibdat yang berfungsi untuk menghasilkan endapan berwarna putih, kemudian ditambahkan dengan HNO3 pekat yang menghasilkan warna hijau. Adapun reaksi yang terjadi yaitu :
H3PO4 + 12 (NH4)2MoO4 + 21 HNO3      [(NH4)2PO4.12MoO4.6H2O] + 21 NH4NO3 + H2O
Pengujian SO42-, urine ditambahkan dengan BaCl2 akan menghasilkan endapan putih kemudian ditambahkan dengan HCl yang berfungsi untuk mengasamkan larutan.adapun reaksi yang terjadi yaitu :
SO42- + BaCl2 + HCl                    BaSO4   + 3 Cl- + H+   
Penentuan NH4+, urine yang ditambahkan dengan NaOH sampai suasana basa, kemudian larutan tersebut dibagi menjadi dua bagian pada dua tabung reaksi. Pada tabung pertama dipanaskan sambil dialirkan gas yang terbentuk kedalamlarutan Ba(OH)2 menghasilkan larutan berwarna putih dan terdapat endapan. Dimana endapan tersebut merupakan endapan Ba2+. Adapun reaksinya :
NH4+  + OH-                    NH3    + H2O
NH4+  + Ba(OH)2                     NH4OH + Ba2+ 
Sedangkan pada tabung II dipanaskan dan dialirkan gas kedalam pereaksi Nessler menghasilkan larutan berwarna orange dan terdapat endapan yang merupakan endapan merkurium (II). Adapun persamaan reaksinya :
NH4+ + 2HgI42- + 4OH-                     HgO.Hg(NH2)I    + 7 I- + 3 H2O
Pada pengujian Ca2+, urine ditambahkan dengan ammonium oksalat dan asam oksalat menghasilkan larutan berwarna kuning. Untuk uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan putih dari kalsium oksalat. Adapun reaksinya yaitu :
Ca2+ + (NH4)2C2O4                      CaC2O4       + 2 NH4+
                                                Endapan kalsium oksalat
Pada pengujian Mg2+, urine ditambahkan dengan NaOH sampai suasana basa, kemudian ditambahkan dengan CH3COOH sampai suasana asam. Setelah itu ditambahkan dengan (NH4)2C2O4 sampai terbentukendapan MgC2O4 yang berwarna putih. Adapun reaksi yang terjadi yaitu :
Mg2+ + 2 NaOH                   Mg(OH)2 + 2 Na+
Mg(OH)2 + CH3COOH                   CH3COO- + Mg2+ + H2O
Mg2+ + (NH4)2C2O4                     MgC2O4      + 2 NH4+
Pada pengujian nitroprusid kreatinin, urine ditambahkan natrium nitroprusid dan NaOH menghasilkan larutan berwarna merah kemudian dipanaskan dan ditambahkan dengan asam asetat glasial hingga diperoleh larutan berwarna biru kehijauan, dimana warna biru karena terbentuknya biru prusian. Adapun reaksi yang terjadi yaitu :
Na[Fe(CN)5NO] + NaOH + 2CH3COO-               2CH3COONa + [Fe(CN)5NO]2+ + OH-
Pada pengujian terhadap badan-badan keton, akan diketahui keberadaan gugus keton pada urine. Pertama urine ditambahkan dengan (NH4)2SO4 padat sampai larutan jenuh, kemudian ditambahkan dengan na-nitroprusid dan NH4OH pekat dan diperoleh larutan bening. Kemudian didiamkan selama 30 menit diperoleh dua lapisan, lapisan atas berwarna kuning dan lapisan bawah bening dan juga terbentuk cincin orange. Pengujian positif jika diperoleh larutan berwarna ungu sesuai reaksi berikut :
(NH4)2SO4 + Na2Fe(CN)3NO + NH4OH             Na2SO4 + Fe(CN)3NO + H2O
Hal ini terjadi karena larutan yang digunakan sudah terkontaminasi dengan larutan lain atau udara luar.
Pada pengujian gula-gula pereduksi, digunakan pereaksi benedict, pereaksi tollens dan pereaksi fehling.
Ø Untuk pereaksi benedict, urine ditambahkan dengan pereaksi benedict menghasilkan larutan berwarna biru, kemudian dipanaskan dan diperoleh endpan merah bata yang merupakan uji positif dari benedict dimana Cu2+ direduksi menjadi Cu+ yang berwarnamerah bata. Adapun persamaan reaksinya yaitu :





Ø Untuk pereaksi tollens, urine ditambahkan dengan pereaksi tollens menghasilkan larutan putih keruh yang menandakan pengujian negatif, kemudian dipanaskan diperoleh cermin perak, dimana Ag+ direduksi menjadi Ag. Adapun reaksi yang terjadi yaitu :

Ø Untuk uji fehling, urine ditambahkan dengan feehling A dan fehling B menghasilkan warna biru, kemudian dipanaskan diperoleh larutan hijau. Pengujian positif diperoleh endapan merah bata sesuai dengan reaksi :





Hal ini disebabkan karena larutan yang digunakan sudah terkontaminasi dengan larutan lain.
Kemudian mengganti urine dengan glukosa dan dilakukan pengujian dengan benedict, tollens dan fehling dan diperoleh hasil yang sama, ternyata urine mengandung glukosa.
Pada pengujian biuret, urine dipanaskan (bau amonia) hingga melebur dan berbau amonia, kemudian dilanjutkan  pemanasan hingga urea membeku kembali. Setelah dingin ditambahkan dengan aquadest, NaOH dan CuSO4 menghasilkan warna ungu. Hal ini menandakan ada biuret dalam larutan. Adapun reaksi yang terjadi yaitu :
        O                                                           O
NH2-C-NH2 + NH2-C-NH2                  NH2-C-NH-C-NH2 + NH3 
                                                                                  O








H.  PENUTUP
1.      Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan :
a.       Urine mengandung ion Cl-, PO43-, SO42-, NH4+, dan Mg2+
b.      Urine mengandung senyawa keton
c.       Urine mnegandung gula-gula pereduksi
d.      Biuret dapat dibuat dari urea

2.      Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam percobaan agar diperoleh data yang lebih akurat dan selalu menjaga kebersihan.