Selasa, 19 Juli 2011

Dampak yang dihasilkan oleh limbah eng Penanggulangan limbah



            Limbah yang dihasilkan dari kehidupan  memiliki banyak dampak, diantaranya
1.    Dampak terhadap kesehatan
Dampaknya yaitu dapat menebabkan atau menimbulkan panyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
a.    Penyakit diare dan tikus, penyakit ini terjadi karena virus yang berasal dari sampah    dengan pengelolaan yang tidak tepat
b.   Penyakit kulit misalnya kudis dan kurap.
2.   Dampak terhadap lingkungan        
Cairan dari limbahlimbah yang masuk ke sungai akan mencemarkan airnya sehingga mengandung virus-virus penyakit. Berbagai ikan dapat mati sehingga mungkin lama kelamaan akan punah. Tidak jarang manusia juga mengkonsumsi atau menggunakan air untuk kegiatan sehari-hari, sehingga menusia akan terkena dampak limbah baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain mencemari, air lingkungan juga menimbulkan banjir karena banyak orang-orang yang membuang limbah rumah tanggake sungai, sehingga pintu air mampet dan pada waktu musim hujan air tidak dapat mengalir dan air naik menggenangi rumah-rumah penduduk, sehingga dapat meresahkan para penduduk.

  Penanggulangan limbah  
           
Ada banyak usaha penanggulangan limbah yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang semakin berlarut tersebut. Diantaranya:
1.         Melarang pembuangan sampah-sampah rumah tangga keselokan (parit), sungai, danau dilaut,dan sampah itu harus dibuang pada tempat-tempat yang telah ditentukan.
2.         Setiap perusahaan minyak diwajibkan memiliki peralatan yang dapat membendung tumpukan minyak dan kemudian menyedot kembali, dengan demikian tumpukan minyak tidak akan melebar luas dan mengurangi adanya limbah rumah tangga.
3.         Menetapkan Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan atau benda lainnya. pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan dan hewan.
4.         Pembenahan sistem hukum dan peraturan yang telah ada, baik untuk limbah  yang dihasilkan dalam negeri aupun limbah lintas batas.
5.         Sesegera mungkin membereskan masalah lembaga lingkungan hidup Indonesia yang memiliki posisi yang lemah.
6.         Melakukan evaluasi, inventarisasi dan pengembangan terhadap sumber daya yang dimiliki.
Penanganan limbah harus dilakukan secara keseluruhan agar tidak mengganggu kesehatan, estetika dan lingkungan. Penanganan tersebut mencakup pemindahan dari sumbernya, mengolah/mendaur ulang kembali, atau memusnahkannya.
Salah usaha yang dapat dilakukan adalah memberikan kesadaran kepada setiap individu akan pentingnya kebersihan. Jika kesadaran tersebut telah tertanam dalam diri seseorang, maka mereka akan mengerti dan berusaha menjaga kebersihan diri, yang pada akhirnya akan memberikan sumbangan besar terhadap lingkungan.
Kesadaran tersebut juga harus dimiliki setiap pelaku industri agar merekapun mengendalikan, mengolah limbah yang dihasilkan oleh indusri mereka. Para pelaku industri pun harus mengerti etika pembuangan limbah serta mendaur ulang limbah mereka agar tidak semakin menambah beban lingkungan.

KURIKULUM DAN KOMPONENNYA



kurikulum dianggap sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum … to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers. Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan bahwa : “ …the curriculum has changed from content of courses study and list of subject and courses to all experiences which are offered to learners under the auspices or direction of school.
Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
1. kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2. kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
3. kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.
4. kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
Sementara itu, Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : (1) kurikulum sebagai ide; (2) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum; (3) kurikulum menurut persepsi pengajar; (4) kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas; (5) kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan (6) kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.(akhmadsudrajat.wordpress.com)

Komponen kurikulum
1). Tujuan
Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik, selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan kurikuler; yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata pelajaran yang dikembangkan di setiap sekolah atau satuan pendidikan.

 2). Organiasi Kurikulum
Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum memunculkan terjadinya keragaman dalam mengorgansiasikan kurikulum. Setidaknya terdapat enam ragam pengorganisasian kurikulum, yaitu:
Mata pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lainnya. Masing-masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua materi diberikan sama
Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan peserta didik memahami pelajaran tertentu.
Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri yang sama dan dikorelasikan (difungsikan) dalam satu bidang pengajaran. Salah satu mata pelajaran dapat dijadikan “core subject”, dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan dengan core tersebut.

3). Materi Pembelajaran
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal yang utama.Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat progresivisme lebih memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus diambil dari dunia peserta didik dan oleh peserta didik itu sendiri. Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan topik-topik yang diangkat dari masalah-masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial bahkan tentang alam. Materi pembelajaran yang berlandaskan pada teknologi pendidikan banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa dan diambil hal-hal yang esensialnya saja untuk mendukung penguasaan suatu kompetensi. Materi pembelajaran atau kompetensi yang lebih luas dirinci menjadi bagian-bagian atau sub-sub kompetensi yang lebih kecil dan obyektif.
Dengan melihat pemaparan di atas, tampak bahwa dilihat dari filsafat yang melandasi pengembangam kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan materi pembelajaran,. Namun dalam implementasinya sangat sulit untuk menentukan materi pembelajaran yang beranjak hanya dari satu filsafat tertentu., maka dalam prakteknya cenderung digunakan secara eklektik dan fleksibel.

4). Proses Belajar Mengajar

Filsafat dan teori pendidikan yang melandasi pengembangan kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan tujuan dan materi pembelajaran, hal ini tentunya memiliki konsekuensi pula terhadap penentuan strategi pembelajaran yang hendak dikembangkan. Apabila yang menjadi tujuan dalam pembelajaran adalah penguasaan informasi-intelektual,–sebagaimana yang banyak dikembangkan oleh kalangan pendukung filsafat klasik dalam rangka pewarisan budaya ataupun keabadian, maka strategi pembelajaran yang dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru. Guru merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai pusat informasi dan pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai obyek yang secara pasif menerima sejumlah informasi dari guru. Metode dan teknik pembelajaran yang digunakan pada umumnya bersifat penyajian (ekspositorik) secara massal, seperti ceramah atau seminar. Selain itu, pembelajaran cenderung lebih bersifat tekstual.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi dari kalangan progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif dalam suatu proses pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik secara aktif menentukan materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang paling sesuai untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan rekonstruktivisme yang menekankan pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika kelompok.
Pembelajaran cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat individual, langsung, dan memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif), seperti : pembelajaran moduler, obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan sejenisnya.
Dalam hal ini, guru tidak banyak melakukan intervensi. Peran guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan guider. Sebagai fasilitator, guru berusaha menciptakan dan menyediakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Sebagai motivator, guru berupaya untuk mendorong dan menstimulasi peserta didiknya agar dapat melakukan perbuatan belajar. Sedangkan sebagai guider, guru melakukan pembimbingan dengan berusaha mengenal para peserta didiknya secara personal.



5). Evaluasi Kurikulum

Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wright bahwa : “curriculum evaluation may be defined as the estimation of growth and progress of students toward objectives or values of the curriculum”
Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program. Sementara itu, Hilda Taba menjelaskan hal-hal yang dievaluasi dalam kurikulum, yaitu meliputi ; “ objective, it’s scope, the quality of personnel in charger of it, the capacity of students, the relative importance of various subject, the degree to which objectives are implemented, the equipment and materials and so on.”
Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu saja dalam sistem kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.

Viskositas Zat Cair

A.       Judul Percobaan
Viskositas Zat Cair

B.       Tujuan Percobaan
Menentukan viskositas zat cair dengan viscometer Oswald
C.       Landasan Teori
Pengertian viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang bergerak, atau benda padat yang bergerak didalam fluida. Besarnya gesekan ini biasa juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi semakin besar viskositas zat cair, maka semakin susah benda padat bergerak didalam zat cair tersebut. Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah gaya kohesi antar partikel zat cair (Anonim, 2009).
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan antara molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi (Anonim, 2009).
Viskositas suatu fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan kecilnya tahan dalam fluida terhadap gesekan. Fluida yang mempunyai viskositas rendah, misalnya air mempunyai tahanan dalam terhadap gesekan yang lebih kecil dibandingkan dengan fluida yang mempunyai viskositas yang lebih besar (Anonim, 2010).
Gejala ini dapat dianalisis dengan mengintrodusir suatu besaran yang disebut kekentalan atau viskositas (viscosity). Oleh karena itu, viskositas berkaitan dengan gerak relatif antar bagian-bagian fluida, maka besaran ini dapat dipandang sebagai ukuran tingkat kesulitan aliran fluida tersebut. Makin besar kekentalan suatu fluida makin sulit fluida itu mengalir (Anonim, 2010).
Adanya zat terlarut makromolekul akan menaikkan viskositas larutan. Bahkan pada konsentrasi rendahpun, efeknya besar karena molekul besar mempengaruhi aliran fluida pada jarak yang jauh. Viskositas intrinsik [h] merupakan analog dari koefisien virial (dan mempunyai dimensi 1/konsentrasi), (Atkins, 1996: 242).
Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas (Bird, 1987: 57).
Aliran cairan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe. Yang pertama adalah aliran “laminar” atau aliran kental, yang secara umum menggambarkan laju aliran kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah kecil. Aliran yang lain adalah aliran “turbulen”, yang menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa dengan diameter yang lebih besar (Dogra, 1990: 209).
Koefisien viskositas secara umum diukur dengan dua metode, yaitu viskometer Oswald : waktu yang dibutuhkan untuk mengalirnya sejumlah tertentucairan dicatat, dan h dihitung dengan hubungan
Umumnya koefisien viskositas dihitung dengan membandingkan laju cairan dengan laju aliran yang koefisien viskositasnya diketahui. Hubungan itu adalah
(Dogra, 1990: 211).
Viskositas diukur dengan beberapa cara. Dalam “viskometer Oswald”, waktu yang diperlukan oleh larutan untuk melewati pipa dicatat, dan dibandingkan dengan sampel standar. Metode ini cocok untuk penentuan (h), karena perbandingan viskositas larutan dan pelarut murni, sebanding dengan waktu pengaliran t dan t* setelah dikoreksi untuk perbedaan rapatan ρ dan ρ*
(Atkins, 1996: 242).
Dalam menafsirkan pengukuran viskositas, banyak terdapat kerumitan.kebanyakan pengukuran (tidak semuanya) didasarkan pada pengamatan empiris, dan penentuan massa molar biasanya didasarkan pada pembandingan dengan sampel standar (Atkins, 1996: 242).
Salah satu kerumitan dalam pengukuran dalam pengukuran intensitas adalah: dalam beberapa kasus, ternyata fluida itu bersifat non-Newtonian, yaitu viskositasnya berubah saat laju aliran bertambah. Penurunan viskositas dengan bertambahnya laju aliran menunjukkan adanya molekul seperti batang panjang, yang terorientasi oleh aliran itu, sehingga saling meluncur melewati satu sama lain dengan lebih bebas. Dalam beberapa kasus, tekanan yang disebabkan oleh aliran menjadi sangat besar, sehingga molekul panjang terputus-putus. Ini membawa konsekuensi lebih lanjut pada viskositas (Atkins, 1996: 242).
Pada viskometer Oswald, yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah tertentu cairan (misalnya 10 cm3, bergantung pada ukuran viskometer) dipipet ke dalam viskometer. Cairan kemudian diisap melalui labu pengukur dari viskometer sampai permukaan cairan lebih tinggi dari batas “a”. Cairan kemudian dibiarkan turun. Ketika permukaan cairan turun melewati batas “a”, stopwatch mulai dinyalakan dan ketika cairan melewati batas “b”, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara “a” dan “b” dapat ditentukan. Tekanan P merupakan perbedaan tekanan antara kedua ujung pipa U dan besarnya diasumsikan sebanding dengan berat jenis cairan (Bird, 1987: 57).
Menurut Anonim (2010), alat yang dipakai untuk menentukan Viskositas dinamakanViskometer. Ada beberapa jenis viskometer, yaitu :
a.         Viscometer Ostwald
b.         Viscometer Lehman
c.         Viscometer bola jatuh dari Stokes
Nilai viscositas Lehman didasarkan pada waktu kecepatan alir cairan yang akan diuji atau dihitung nilai viscositasnya berbanding terbalik dengan waktu kecepatan alir cairan pembanding, dimana cairan pembanding yang digunakan adalah air (Anonim, 2010).
Menurut Anonim (2010), Viscometer bola jatuh–Stokes. Terhadap sebuah benda yang bergerak jatuh didalam fluida bekerja tiga macam gaya, yaitu :
a.         Gaya gravitasi atau gaya berat (W). gaya inilah yang menyebabkan benda bergerak ke bawah dengan suatu percepatan.
b.         Gaya apung (buoyant force) atau gaya Archimedes (B). arah gaya ini keatas dan besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda itu.
c.         Gaya gesek (Frictional force) Fg, arahnya keatas dan besarnya

D.      Alat dan Bahan
1.         Alat
a.         Piknometer 50 mL                                             1 buah
b.        Piknometer 100 mL                                           1 buah
c.         Neraca analitik                                                   1 buah
d.        Eksikator                                                           1 buah
e.         Viskometer Oswald                                           3 buah
f.          Gelas kimia 250 mL                                           1 buah
g.         Gelas kimia 1000 mL                                         1 buah
h.         Thermometer 0-100oC                                       1 buah
i.           Labu semprot                                                    1 buah
j.          Ball pipet                                                           1 buah
k.        Kaki tiga dan kasa asbes                                    1 buah
l.           Lampu spiritus                                                   1 buah
m.       Klem kayu                                                         1 buah
n.         Stopwatch                                                         3 buah
o.        Statif dan klem                                                   1 buah
p.        Pipet tetes
2.         Bahan
a.         Aquades
b.        Methanol (CH3OH)
c.         Etanol (C2H5OH)
d.        Es batu
e.         Korek api
f.          Tissue

E.       Cara Kerja
1.         Penentuan massa jenis zat
a.         Mengukur berat piknometer kosong
b.        Memasukkan aquades dengan suhu 20oC ke dalam piknometer
c.         Mengusahakan agar tidak ada gelembung pada piknometer
d.        Mengukur berat piknometer yang telah diisi dengan aquades 20oC
e.         Mengulangi pengukuran dengan aquades 40o dan 60oC, etanol 20o, 40o, dan 60o C, serta methanol 20o, 40o, dan 60o C
2.         Pengukuran viskositas






a.         Mengisi viskometer dengan aquades melalui pipa sebelah kanan
b.        Mengusahakan  permukaan lebih rendah dari tanda b
c.         Memasukkan viskometer Oswald ke dalam penangas air yang dilengkapi thermometer untuk mengukur suhunya. Suhu air dalam viskometer harus sama dengan suhu percobaan
d.        Menghisap zat cair melalui pipa kiri agar zat cair masuk ke dalam B pada suhu yang ditetapkan dalam percobaan
e.         Membiarkan zat cair mengalir melalui pipa kapiler kembali ke A
f.          Mencatat waktu yang diperlukan untuk mengalir dari tanda a ke tanda b
g.         Melakukan hal yang sama dengan mengganti air dengan etanol dan methanol
h.         Melakukan pengukuran pada suhu 20o, 40o, dan 60o C
i.           Menghitung koefisien zat cair dengan rumus
F.        Hasil Pengamatan
1.         Pengukuran massa jenis
a.         Massa piknometer kosong (50 mL) = 28,705 gram (Air dan etanol)
b.        Massa piknometer kosong (100 mL) = 35,101 gram (metanol)
Jenis Zat
Massa piknometer + zat
Suhu 20oC
Suhu 40oC
Suhu 60oC
Aquades
78,996 gram
78,961 gram
78,226 gram
Etanol
69,063 gram
67,965 gram
67,324 gram
Methanol
111,483 gram
111,241 gram
110,298 gram

2.         Pengukuran viskositas
Jenis Zat
Waktu (t) dalam viskometer
Suhu 20oC
Suhu 40oC
Suhu 60oC
Aquades
224 s
201 s
173 s
Etanol
340 s
331 s
301 s
Methanol
181 s
179 s
170 s
G.      Analisis Data
1.         Pengukuran massa jenis
Rumus umum =
Untuk Air
a.         20oC,   ρ 
                  
                 =  1,006 gram/mL
b.        40oC,   ρ 
                  
                 =  1,005 gram/mL
c.         60oC,   ρ 
                  
                 =  0,990 gram/mL
Untuk Etanol
a.         20oC,   ρ 
                  
                 =  0,807 gram/mL
b.        40oC,   ρ 
                  
                 =  0,785 gram/mL
c.         60oC,   ρ 
                  
                 =  0,772 gram/mL
Untuk Metanol
a.         20oC,   ρ 
                  
                 =  0,764 gram/mL
b.        40oC,   ρ 
                  
                 =  0,761 gram/mL
c.         60oC,   ρ 
                  
                 =  0,752 gram/mL

2.         Pengukuran viskositas
a.         Etanol 20oC
Dik    :    t1 (etanol)       =   340 s
              t2 (air)            =   224 s
               (etanol)     =   0,807 gram/mL
                         (air)          =   1,006 gram/mL
              h2 (air)          =   1,009 Cp
Dit     :    h1 (etanol) …..?
Peny  :    h1   
                       
                          = 1,228 Cp
b.        Etanol 40oC
Dik    :    t1 (etanol)       =   331 s
              t2 (air)            =   201 s
               (etanol)     =   0,785 gram/mL
                         (air)          =   1,005 gram/mL
              h2 (air)          =   0,654 Cp
Dit     :    h1 (etanol) …..?
Peny  :    h1   
                       
                          = 0,841 Cp
c.         Etanol 60oC
Dik    :    t1 (etanol)       =   301 s
              t2 (air)            =   173 s
               (etanol)     =   0,772 gram/mL
                         (air)          =   0,990 gram/mL
              h2 (air)          =   0,470 Cp
Dit     :    h1 (etanol) …..?
Peny  :    h1   
                       
                          = 0,638 Cp
d.        Metanol 20oC
Dik    :    t1 (metanol)    =   181 s
              t2 (air)            =   224 s
               (metanol)  =   0,764 gram/mL
                         (air)          =   1,006 gram/mL
              h2 (air)          =   1,009 Cp
Dit     :    h1 (metanol) …..?
Peny  :    h1   
                       
                          = 0,619 Cp
e.         Metanol 40oC
Dik    :    t1 (metanol)    =   179 s
              t2 (air)            =   201 s
               (metanol)  =   0,761 gram/mL
                         (air)          =   1,005 gram/mL
              h2 (air)          =   0,654 Cp
Dit     :    h1 (metanol) …..?
Peny  :    h1   
                       
                          = 0,441 Cp
f.          Metanol 60oC
Dik    :    t1 (metanol)    =   170 s
              t2 (air)            =   173 s
               (metanol)  =   0,752 gram/mL
                         (air)          =   0,990 gram/mL
              h2 (air)          =   0,470 Cp
Dit     :    h1 (metanol) …..?
Peny  :    h1   
                       
                          = 0,351 Cp

H.      Pembahasan
Pada percobaan ini pertama-tama dilakukan pengukuran massa jenismasing-masing zat yang akan dicobakan, yaitu aquades, etanol, dan methanol dengan suhu 20oC, 40oC, dan 60oC.
Percobaan ini dilakukan dengan memanaskan piknometer yang bertujuan untuk menghilangkan air dan zat-zat lain yang mungkin terdapat dalam piknometer. Setelah itu didinginkan dalam eksikator dan ditimbang sebagai berat piknometer kosong. Saat pengisian ke dalam piknometer tidak boleh terdapat gelembung karena akan mempengaruhi hasil penimbangan. Dari hasil percobaan ini diperoleh massa jenis air 20oC sebesar 1,006 g/mL; 40oC sebesar 1,005 g/mL; dan 60oC sebesar 0,990 g/mL. Untuk etanol 20oC sebesar 0,807 g/mL; 40oC sebesar 0,785 g/mL; dan 60oC sebesar 0,772 g/mL. Untuk methanol 20oC sebesar 0,764 g/mL; 40oC sebesar 0,761 g/mL; dan 60oC sebesar 0,752 g/mL.
Dari hasil diketahui bahwa suhu berbanding terbalik dengan massa jenis zat. Semakin tinggi suhu maka semakin kecil massa jenis zat-nya. Hal ini disebabkan karena ketika suhu mengingkat, molekul pada zat cair akan bergerak cepat diakibatkan oleh tumbukan antar molekul, akibatnya molekul dalam zat cair akan meregang dan massa jenis akan semakin kecil.
Pada percobaan selanjutnya, zat cair yang telah ditentukan massa jenisnya dimasukkan ke dalam viskometer dengan mengusahakan agar tidak ada gelembung dalam viskometer. Hal ini bertujuan agar aliran laminar tidak terganggu oleh adanya gelembung yang akan mengakibatkan waktu yang diperoleh tidak sesuai dengan waktu yang seharusnya.
Pada percobaan ini digunakan tiga jenis larutan dengan suhu yang berbeda yaitu aquades 20oC, 40oC, dan 60oC; etanol 20oC, 40oC, dan 60oC; serta methanol 20oC, 40oC, dan 60oC. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap viskositas zat cair.
Setelah diperoleh waktu pada percobaan, koefisien viskositas dapat dihitung dengan rumus :
Dari hasil analisis data diperoleh viskositas etanol 20oC, 40oC, dan 60oC secara berturut-turut adalah 1,228 Cp; 0,841 Cp; dan 0,638 Cp. Sedangkan viskositas methanol 20oC, 40oC, dan 60oC secara berturut-turut adalah 0,619 Cp; 0,441 Cp; dan 0,351 Cp.
Dari hasil analisis di atas, diperoleh bahwa methanol memiliki koefisien viskositas lebih rendah debandingkan etanol. Selain itu dapat pula diketahui bahwa semakin tinggi suhu larutan, maka koefisien viskositas semakin menurun. Hal ini karena pada suhu tinggi, gerakan partikel dalam larutan lebih cepat sehingga viskositasnya menurun.

I.         Kesimpulan dan Saran
1.         Kesimpulan
a.         Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa suhu berbanding terbalik dengan viskositas
b.        Viskositas etanol lebih tinggi dibandingkan methanol
c.         Koefisien viskositas etanol 20oC, 40oC, dan 60oC secara berturut-turut adalah 1,228 Cp; 0,841 Cp; dan 0,638 Cp
d.        Koefisien viskositas methanol 20oC, 40oC, dan 60oC secara berturut-turut adalah 0,619 Cp; 0,441 Cp; dan 0,351 Cp
2.         Saran
Sebaiknya saat praktikum, lebih teliti memperhatikan ada atau tidaknya gelembung pada viskometer karena dapat mempengaruhi hasil percobaan