BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia saat ini sedang menghadapi dua tantangan besar, yaitu desentralisasi atau otonomi daerah yang saat ini sudah dimulai, dan era globalisasi total yang akan terjadi pada tahun 2020. Kedua tantangan tersebut merupakan ujian berat yang harus dilalui dan dipersiapkan oleh seluruh bangsa Indonesia. Kunci sukses dalam menghadapi tantangan berat itu terletak pada kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang handal dan berbudaya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas SDM yang berkarakter dan kritis sejak dini merupakan hal penting yang harus dipikirkan secara sungguh-sungguh.
Sekolah sebagai miniatur dunia pendidikan hendaknya mampu untuk menggalakkan kembali gairah untuk belajar dan berkarya dan meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekolah sebagai instansi yang di berikan tanggung jawab untuk membina generasi muda diharapkan mampu untuk terus berinovasi memperbaiki kualitas peserta didik yang merupakan tumpuan harapan bangsa kelak.
Masalah utama yang dihadapi pada pembelajaran adalah rendahnya minat, keterampilan pemecahan masalah, dan hasil belajar yang kurang maksimal. Masalah ini diatasi dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah. Siswa merasa bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar, keterampilan berkomunikasi, keterampilan mencari sumber-sumber informasi, pemahaman konsep, belajar mandiri, dan kepekaan terhadap masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Siswa merasa senang mengikuti pembelajaran. Mahasiswa berharap agar pembelajaran ini terus diterapkan untuk mengajarkan konsep-konsep pembelajaran ini dengan sangat baik. Kelemahan dari pembelajaran berbasis masalah adalah waktu yang diperlukan relatif lebih banyak untuk menunjang pemecahan suatyu masalah dalam pembelajaran
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan permasalahan dalam pembahasan ini adalah apa sebenarnya yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis masalah dan bagaimana pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan nilai-nilai karakter pada siswa.
C. MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan makalah ini dapat mengetahui apa sebenarnya pendidikan berbasis masalah kepada khalayak umum dan bagaimana pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan nilai-nilai karakter pada siswa. Makalah ini juga dapat menjadi referensi bagi peneliti untuk melakukan penelitian pembelajaran berbasis masalah kepada siswa.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi siswa, dan memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Secara umum partisipasi siswa dalam pembelajaran relatif rendah. Sebagian besar siswa cenderung hanya mampu meniru apa yang dikerjakan guru. Siswa tidak mampu menggunakan buku teks secara efektif, mereka cenderung mencatat kembali konsep-konsep yang sudah ada dalam buku teks, sehingga menghabiskan banyak waktu dan pembelajaran menjadi tidak efisien. Siswa cenderung tidak menunjukkan minat yang baik terhadap pelajaran biologi. Motivasi belajar mereka tampak sangat rendah. Dilihat dari hasil belajar yang ditunjukkan oleh hasil ulangan harian dan tes blok, tergolong rendah.
Terhadap rendahnya kualitas proses dan hasil belajar yang ditunjukkan oleh fakta-fakta di atas, ceramah, menjelaskan, memberi contoh, latihan, dan kerja rumah. Sekolah tidak memiliki sarana laboratorium yang memadai yang memungkinkan siswa untuk melaksanakan pembelajaran yang berbasis laboratorium. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak dimulai dari pengamatan atau penalaran secara kualitatif dalam pengembangan konsep-konsep/prinsip-prinsip penting. Guru tidak memahami metode penyelesaian masalah-masalah atau soal-soal secara sistematis. yang ada di buku yang belum tentu cocok dengan lingkungan siswa. Bentuk-bentuk tes ujian akhir sekolah/ujian akhir nasional yang umumnya hanya mengukur aspek kognitif siswa, telah mengilhami guru untuk tidak melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan aspek afektif, dan psikomotor. Guru lebih tertarik pada jawaban siswa yang benar tanpa menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dan prosedur penyelesaiannya.
Akar-akar masalah di atas dapat diatasi dalam waktu yang segera dan berlanjut dalam batas kewenangan, komitmen dan tanggungjawab guru. Oleh karena itulah, perlu untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran yakni dengan memperbaiki strategi pembelajaran dan strategi pemecahan masalah.
Pembelajaran ini menggunakan masalah otentik yang berhubungan dengan konteks sosial siswa. Pada PBM, masalah merupakan stimulus pembelajaran. Masalah-masalah yang digunakan dalam PBM bersifat kurang terstruktur (ill-structured), kontekstual (contextual), dan terbuka (open-ended) (Forgarty, 1997). Masalah yang kurang terstruktur adalah masalah yang tidak lengkap. Artinya, data yang disajikan dalam masalah tersebut tidak lengkap. Untuk dapat memecahkan masalah, siswa harus menggali informasi untuk melengkapi data. Di lain pihak, masalah kontekstual maksudnya masalah yang digunakan menghubungkan antara konten yang akan dipelajari dengan kehidupan nyata mahasiswa, sedangkan masalah terbuka maksudnya adalah masalah yang digunakan menuntut jawaban terbuka. Tidak ada satu jawaban yang benar, yang terpenting adalah argumen yang ada di balik pemecahan masalah tersebut.
Tyler (dalam Karlimah, 1999) berpendapat bahwa pengalaman atau pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memperoleh keterampilan-keterampilan pemecahan masalah dapat merangsang keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Gerhard (1971) mendefinisikan bahwa berpikir kritis sebagai suatu proses kompleks yang melibatkan penerimaan, penguatan, analisis, dan evaluasi data dengan mempertimbangkan aspek kualitatif dan kuantitatif serta melakukan seleksi atau membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi.
Perlunya pendekatan pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada kenyataan-kenyataan sebagai berikut:
1. Pada dasarnya, berpikir terjadi dalam konteks memecahkan masalah, yaitu adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang ada.
2. Seseorang menjadi tertarik atau berminat mengerjakan sesuatu apabila berada dalam ruang lingkup atau berkaitan dengan masalah yang dihadapinya. Demikian pula dengan belajar.
3. Pada saat mempelajari bahan pelajaran, siswa ingin segera mengetahui apa sebenarnya manfaat mempelajarinya, dan masalah apa sajakah yang dapat dipecahkan dengan pengetahuan atau bahan itu.
4. Suatu kompetensi paling efektif dicapai oleh pelajar melalui serangkaian pengalaman pemecahan masalah realistik yang di dalamnya si pelajar secara langsung menerapkan unsur-unsur kompetensi tersebut
B. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PENDIDIKAN BERBASIS MASALAH
. Di dalam strategi pembelajaran berbasis masalah ini terdapat 3 ciri utama;
- Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
4. Ciri utama pembelajaran berbasis masalah meliputi pengajuan pertanyaan-pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya serta peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk mernbantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Disamping itu siswa yang bekerjasama satu dengan yang lainnya dalam kelompok dapat mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
Dari penjelasan di atas dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam proses pembelajaran, yaitu:
1. Keunggulan
Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
- Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
- Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
- Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
- Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
- Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
- Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
- Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
- Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
- Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena.
2. Kelemahan
2. Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
- Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
- Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
- Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
C. Langkah-langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah memberikan siswa masalah yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk proses inquiri dan penelitian. Di sini, guru mengajukan masalah, membimbing dan memberikan petunjuk minimal kepada siswa dalam memecahkan masalah. Pengaturan pembelajaran berdasarkan masalah berkisar pada masalah atau pertanyaan yang penting bagi siswa maupun masyarakat. pertanyaan dan masalah yang diajukan itu haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut :
- Autentik. Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
- Jelas. Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.
- Mudah dipahami. Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa. Selain itu, masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
- Luas dan sesuai dengan Tujuan Pembelajaran. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
- Bermanfaat. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah siswa. Serta membangkitkan motivasi belajar siswa.
Pengelolaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah terdapat 5 langkah utama. yaitu: (1) mengorientasikan siswa pada masalah; (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil kerja; dan (5) menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah. Gambaran rinci kelima langkah tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1. Prosedur Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Langkah | Kegiatan Guru |
Orientasi masalah | § Menginformasikan tujuan pembelajaran § Menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadi pertukaran ide yang terbuka § Mengarahkan pada pertanyaan atau masalah § Mendorong siswa mengekspresikan ide-ide secara terbuka |
Mengorganisasikan siswa untuk belajar | § Membantu siswa menemukan konsep berdasar masalah § Mendorong keterbukaan, proses-proses demokrasi dan cara belajar siswa aktif § Menguji pemahaman siswa atas konsep yang ditemukan oleh siswa |
Membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok | § Memberi kemudahan pengerjaan siswa dalam mengerjakan/menyelesaikan masalah § Mendorong kerjasama dan penyelesaian tugas-tugas § Mendorong dialog, diskusi dengan teman § Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berkaitan dengan masalah § Membantu siswa merumuskan hipotesis § Membantu siswa dalam memberikan solusi |
Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja | § Membimbing siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKP) § Membimbing siswa menyajikan hasil kerja |
Menganalisa dan mengevaluasi hasil pemecahan | § Membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah § Memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemcahan masalah § Mengevaluasi materi |
D. NILAI-NILAI KARAKTER YANG BIAS DIKEMBANGKAN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
1. Keyakinan
Keyakinan memang tidak mudah untuk didefinisikan. Dalam bahasa sehari-hari,istilah “keyakinan” atau rasa percaya diri sering disamaartikan dengan istilah sikap (attitude). Rasa percaya diri merujuk pada sesuatu yang oleh seseorang dianggap benar, dan itu dapat berasal daripengalaman, nyata maupun hanya dibayangkan sehingga menambah rasa percaya diri di antara teman-temannya, sangat penting bagi guru untuk menanamkan kepada siswa keyakinan yang positip terhadap mata pelajaran. Keyakinan bahwa pelajaran tidak sulit, tidak semuanya abstrak, tidak hanya berisi rumus-rumus, tidak semuanya hafalan, bisa dipelajari oleh semua siswa, dan sebagainya, dapat ditanamkan melalui pembelajaran berbasis masalah.
2. Kejujuran
Kejujuran dapat ditingkatkan dengan pembelajaran berbasis masalah dengan mengungkapkan semua pengetahuan siswa secara jujur karna ditanggapi lansung oleh guru mata pelajaran. Kejujuran sangat dibutuhkan dalam proses-proses kelangsungan kegiatan dan dapat dibentuk sejak dini. Melihat gejala kurang baiknya moral dewasa ini, kemerosotan nilai akhlak sudah benar-benar mengkhawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan.
pembelajaran di sekolah harus dapat membekali siswa, di samping aspek pengetahuan, sikap, juga nilai iman dan takwa. Dengan demikian, siswa dapat berkesempatan menggunakan dan mengomunikasikan nilai yang menjadi keyakinannya melihat alam semesta untuk berperilaku yang baik dan jujur sesuai dengan nilai, moral, dan norma di masyarakat.
3. Kemandirian ,tanggung jawab
Siswa diajarkan untuk mandiri karan masalah yang dihadapi akan dipandu oleh guru dalam memecahkannya sehingga tidak akan terlalu menyusahkan siswa. Secara tidak lansung dia akan mandiri karna dudah bias memecahkan sendiri permasalahan dalam berbagai bentuk dalam pelajaran. Dengan sendirinya juga sudah memupuk rasa tanggung jawab. Bertanggung jawab terhadap apa yang ditugaskan padanya.
4. Hormat, rendah hati
Siswa dalam pembelajaran ini juga diharafkan hormat pada pada temannya dengan cara menghargai pendapat temannya. Dengan sikap rendah hati siswa akan menjlin hubungan saling mebghormati dengan sesame siswa maupun dengan gurunya.
5. Toleransi, Kedamaian,
Siswa juga diharafkan menerima pendapat temannya terhadap pembelajaran berbasis masalah. Siswa menjadi tidak egois terhadap kebenaran pendapatnya.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi siswa, dan memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
2. langkah utama dalam pembelajaran berbasis masalahyaitu: (1) mengorientasikan siswa pada masalah; (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil kerja; dan (5) menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.
3. Nilai-nilai karakter yang dapat dibenuk dalam pembelajaran berbasis masalah adalah keyakinan, kejujuran, kemndirian dan tanggungjawab, hormat dan rendah hati, toleransi dan kedamaian.
B. SARAN
Pergunakan dengan sebaik-baiknya karya seseorang walaupun tidak memiliki hak cipta yang resmi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar