Dalam produksi bahan polimer ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Tahapan
Tahapan, yang meliputi:
Skala Laboratorium
Skala “Bench”
Pilot Plan
Plant
2. Faktor-faktor teknis
Penghilang panas
Pengadukan
Kontrol temperatur
Ketelitian perhitungan bahan baku
Pemisahan polimer dari masa reaksi
Pengeluaran gas udara
Kontaminasi dari reactor
Pengaturan DP
3. Faktor Ekonomis
Ukuran reaktor dan desain
Pemilihan kondisi operasi, yang terdiri atas dua bagian, yaitu:
Polimerisasi dalm fasa homogen
Polimerisasi dalm fasa heterogen
Sistem Polimerisasi Homogen
jenis | keuntungan | Kerugian |
Ruah “bulk” (jenis batch) | Kontaminasi minimum Alat sederhana | Reaksi sangat eksoterm Distribusi BM sangat lebar Konversi tinggi bila kompleks yang diinginkan partikel kecil. |
Ruah “bulk” (jenis kontinu) | Pada konversi rendah control panas akan lebih baik Distribusi BM lebih sempit. | Perlu pengadukan, pemisahan material dan daur ulang |
Larutan | Control panas lebih baik Larutan langsung dapat dipakai. | Tak dapat dipakai untuk polimer kering karena kesukaran pemisahan pelarut |
Sistem Polimerisasi Heterogen
Jenis | Keuntungan | Kerugian |
· Suspense | · Kontrol panas baik · Suspense atau polimer butiran dapat langsung dipakai | · Perlu pengadukan kontinu · Dapat terjadi kontaminasi dari satabilisator · Perlu pencucian, pengeringan dan pemantapan |
· Emulsi | · Cepat terpolimer dengan BM tinggi · Distribusi BM tinggi · Dapat langsung digunakan | · Kontaminasi zat pengemulsi · Warna kurang baik · Kestabilan kurang · Perlu pencucian, pengeringan, pemantapan. |
Polimerisasi dalam sistem homogen
1. Ruah “Bulk”
Terutama digunakan polimerisasi kondensasi bukan untuk adisi.
BM kecil tidak terlalu eksoterm
Visikositas campuran cukup rendah, pencampuran rendah, juga perpindahan panas, eliminasi gelembung.
Pembentyukan gel harus dicegah
Stoikiometri reaksi harus diatur
Kesukaran terjadi gas sehingga produk kurang homogeny
Kurang baik untuk reaksi adisi
2. Larutan
Dapat dilakukan untuk polimerisasi vinil dengan pelarut yang sesuai
Keuntungan: panas dapat dipindahkan kepelarut.
Kesukaran: dapat terjadi pemindahan rantai kepelarut
Sukar menhilangkan pelarut
Polimerisasi dalam sistem heterogen
1. Polimerisasi monomer gas
Dapat menghasilkan produk:
Lelehan polimer (cair)
Polimer padat
Contoh: Polimer Etilen
- Polimer etilen pada tekanan tinggi
- Polimer etilen pada tekanan rendah
Tekanan tinggi | Tekanan rendah |
a. Mekanisme radikal bebas dalam fasa cair b. Konversi rendah c. Sisa etilen dapat didaur ulang | d. Polimerisasi koordinasi dengan katalis tersuspensi dalam gas etilen e. Polimer padat mengandung sedikit katalis |
2. Polimerisasi Emulsi
Ada 2 fasa cair saling bercampur :
Fasa luar = fasa kontinu = medium pendispersi = air
Fasa dalam = fasa terkontinu = medium terdispersi = monomer + polimer
Inisiator berada dalam fsa cair. Partikel monomer – polimer = 0,1µm
Dispersi cair-cair = emulsi memerlukan stabilisator (emulgator).
Disperse padat-cair = suspensi
Resep kopolimerisasi emulsi dari stirena + butadiene
(Karet sintetis selama PD II)
Bahan bahan perberat
Butadiene 75
Stiren 25 monomer
Air 180 medium
Sabun 5,0 surfaktan (emulgator)
Kalium persulfat 0,3 inisiator
Merkapton 0,5 zat pemindah rantai
Emulgator= stabilistor=zat aktif permukaan ( surfaktan)
Surfaktan cenderung beragregasi membentuk Misel ( 50 – 100 molekul/partikel)
Surfaktan cenderung beragregasi membentuk misel ( 50 – 100 molekul/partikel)
EMULGATOR (sabun)
Mekanisme Polimerisasi Emulsi
Tahap awal
Pengemulsi berfungsi sebagai pelarut dari monomer (proses solubilisasi). Pada konversi 15% terjadi perubahan, misalnya menggelembung (monomer Swallon Polimer Particles)
Tahap propagasi
Monomer berdifusi kedalam polimer. System berubah dari “monomer Swollen Micolle” menjadi monomer “monomer swallon polynier”.
Tahap akhir
Monomer habis → hanya ada “monomer swallon Polimer”.
Perubahan fisik selama polimerisasi emulsi
Tahap II
Tahap III
4. Kinetika Smith-Ewart
Dasar teori : Pada tahap II tidak terbentuk polimer baru.
Nt = banyaknya partikel/ satuan volume emulsi
No= tidak mengandung radikal; bebas
N1= satu radikal bebas
N2=dua radikal bebas
nt= banyaknya radikal/satuan volume dalam massa reaksi
Vp = Kp(M)nt = Kp(M)½Nt
Vp ~ Nt →Dpn =
𝛒 = laju pembentukan radikal
N ~ (E) (E) = konsentrasi emulgator
Menurut Smith-Ewart, polimerisasi emulsi:
Vp ~Ni(I)0,4(E)0,6
N~ (I)0,4(E)0,6
DPn ~ N(E)0,5(I)-0,6
Kinetika smith-ewarth cocok untuk monomeryang kelarutannya kecil dalam air.
Contoh: Stiren, butadiene, isoprene (Kelarutan a ˂ 0,1%)
Penyimpangan kinetika Smith-Ewart terjadi untuk system
• Partikel besar (˃0,1 – 0,15 µm diameter)
• Kelarutan monomer tinggi (1-100%)
• Terjadi pemindahan rantai ke zat pengemulsi.
5. Sistem emulsi inverse
• System: monomer larut dalam air (asam akrilat, akrilamid)diemulsi dalam fasa kontinu minyak dengan zat pengemulsi minyak
• Kekurangan : Proses emulsi kurang stabil
6. Inisiasi Redoks
Prinsip : inisiator jenis peroksida dalam air dapat dipercepat dengan adanya zat pereduksi.
Fungsi zat pereduksi: mempercepat pembentukan radikal pada temperature rendah
Contoh:
H2O2 + Fe2+ → OH + OH- + Fe3+
peroksida pereduksi
S2O8-3 + R → SO4-2 + SO4--+ R+
ion persulfat pereduksi
pereduksi ion tiosulfat atau ion bisulfit
S2O8-3 + S2O3-2 → SO4-2 + SO4- + S2O3--
S2O8-3 + HSO3 → SO4-2 + SO4-- + HSO3—
C. Sistem Cairan Heterogen Lainnya
1. Polimerisasi Suspensi
SiC. Sistem Cairan Heterogen Lainnya
stem : monomer= fasa terdispersi dalam air.
Polimer yang terbentuk = fasa padat terdispersi
Inisiator larut dalam fasa monomer.
Kinetikanya sama seperti polimerisasi ruah”Bulk”
Dispersi monomer = 0,01- 0,5 Cm diameter (daripada polimer emulsi)
Perlu pengadukan dan penstabilan yang larut dalam air.
Produk : polimer terbentuk manic-manik, pemisahannya mudah.
Contoh:
Resep polimerisasi suspense ( bagian / 100 bagian monomer)
Komponen | Metilmetakrilat | Vinil klorida |
Inisiator peroksida | 0,5 | 0,1 |
Air | 350,0 | 150-350 |
Zat Penstabil | 0,01-1,0 | 0,001-1 |
Zat penstabil : metilselulosa; gelatin; PVA; Na-Peli-akrilat
2. Polimerisasi Pengendapan
Prinsip : Polimer tak larut dalam monomer atau polimerisasi dengan pelarut yang tidak melarutkan polimer yang terbentuk.
Kinetika reaksi berlainan dengan kinetika reaksi homogen. Radikal dapat terperangkap dalam polimer yang tak mengembung.
Persamaan : radikal terjebak bereaksi cepat. Persamaan laju
Vp=Kp {[M]I + f(ﺎ)II
I : Polimerisasi biasa dalam fasa homogeny.
II : tambahan laju polimerisasi dalam polimer yang terendapkan Karen radikal terjebak.
f(P) ~ (P) pada konversi rendah
f(P) ~ (P)1/3
pada konversi tinggi.
3. Polimerisasi Fasa Padat
Polimerisasi berlangsung dalam keadaan padat kristadin berlaku untuk monomer dan siklik
Contoh : Stiren, akrilonitril, metaakrilotinitril, formaldehid,trioksan, propilakton, diketon, vinilstearat, vinilkarbasol, vinilpirolakton.
Syarat: harus ada efek Kristal dari monomer biasanya defek garis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar