Rabu, 10 Oktober 2012

Tata Cara Menangkal Dan Menanggulangi Sihir

Allah telah mensyari’atkan kepada hamba-hambaNya supaya mereka menjauhkan diri dari kejahatan sihir sebelum terjadi pada diri mereka. Allah juga menjelaskan tentang bagaimana cara pengobatan sihir bila telah terjadi. Ini merupakan rahmat dan kasih sayang Allah, kebaikan dan kesempurnaan nikmatNya kepada mereka.

Berikut ini beberapa penjelasan tentang usaha menjaga diri dari bahaya sihir sebelum terjadi, begitu pula usaha dan cara pengobatannya bila terkena sihir, yakni cara-cara yang dibolehkan menurut hukum syara’:

Pertama: Tindakan preventif, yakni usaha menjauhkan diri dari bahaya sihir sebelum terjadi. Cara yang paling penting dan bermanfaat ialah penjagaan dengan melakukan dzikir yang disyari’atkan, membaca do’a dan ta’awwudz sesuai dengan tuntunan Rasulullah ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya seperti di bawah ini:

A. Membaca ayat Kursi setiap selesai shalat lima waktu, sesudah membaca wirid yang disyari’atkan setelah salam, atau dibaca ketika akan tidur. Karena ayat Kursi termasuk ayat yang paling besar nilainya di dalam Al-Qur’an. Rasulullah ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam salah satu hadits shahihnya :

“Barangsiapa membaca ayat Kursi pada malam hari, Allah senantiasa menjaganya dan syetan tidak mendekatinya sampai Shubuh.”

Ayat Kursi terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 255 yang bunyinya :

“Allah tidak ada Tuhan selain Dia, Yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhlukNya), tidak mengantuk dan tidak tidur, kepunyaanNya apa yang ada di langit dan apa yang di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izinNya? Allah mengetahui apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

B. Membaca surat Al-Ikhlas, surat Al-Falaq, dan surat An-Naas pada setiap selesai shalat lima waktu, dan membaca ketiga surat tersebut sebanyak tiga kali pada pagi hari sesudah shalat Shubuh, dan menjelang malam sesudah shalat Maghrib, sesuai dengan hadits riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi dan An-Nasa’i.

C. Membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah yaitu ayat 285-286 pada permulaan malam, sebagaimana sabda Rasulullah :

“Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka cukuplah baginya.”

Adapun bacaan ayat tersebut adalah sebagai berikut:

“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan rasul-rasulNya. (Mereka mengatakan), ‘Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya’. (Mereka berdo’a): ‘Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.”

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, ia mendapat pahala (dari kewajiban) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo’a), ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya, beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir.”

D. Banyak berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna.

Selasa, 09 Oktober 2012

Teleport Masih Fiksi, Santet Sudah Nyata



Perkembangan penelitian Quantum Teleportation selama lima tahun terakhir membuat banyak ilmuwan makin percaya bahwa teknologi teleport dalam film Star Trek dapat diwujudkan.

Tahun 2007, para ilmuwan baru bisa mengkondisikan material di satu tempat dengan material di tempat lain. (sumber) Tahun 2011, para ilmuwan telah berhasil mengirimkan partikel photon hingga mencapai jarak 89 mil. (sumber)

Kini negara-negara maju tengah bersaing untuk menjadi negara pertama yang menemukan teknologi teleport. Klasemen sementara saat ini, China yang memimpin persaingan.

Sebenarnya, Amerika telah lebih unggul dalam mengkondisikan material agar bisa di-teleport. Hal ini dibuktikan dengan pengkondisian materi bola emas yang bisa mengambang di atas meja kaca (sumber). Namun sayangnya, penelitian Quantum Teleport di Amerika dihentikan pendanaannya pada tahun 2008.

Hanya saja, peneliti negara maju cuma bisa memindahkan partikel photon, sedangkan dukun santet di Indonesia sudah mampu memindahkan jarum, paku, beling, lipan, kecoa dan lain-lain ke dalam tubuh manusia. Mana yang lebih canggih coba?

Jangan ketawa dulu … Pihak Amerika yang berhasil mengkondisikan bola emas bukanlah institusi yang murni bergerak dalam bidang fisika kuantum, melainkan National Institute of Health! Health? Kesehatan? Yeps! Penelitian kesehatan sudah mencapai tahap fisika kuantum sehingga ada usaha melakukan penyembuhan melalui gelombang elektromagnetik. Dan perlu kita tahu bahwa fenomena santet bisa kita saksikan di Museum Kesehatan di Surabaya. Sama-sama masuk ke kesehatan, bukan? Hahaha …

Dalam Museum Kesehatan di Surabaya, ditayangkan foto-foto proses santet dalam acara  Seminar Budaya Tabloid POSMO Tahun 2002 yang bertajuk Membedah Santet dan Pengobatan Supranatural. Ditujukkan bagaimana beberapa jarum tiba-tiba berubah menjadi cahaya dan masuk ke dalam tubuh ayam. Setelah ayamnya disembelih, jarum-jarum itu tertancap di jantung dan ulu hatinya.

Pembelajaran Berbasis Masalah


============
Apa yang dimaksud pendekatan pembelajaran berbasis masalah?
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi siswa, dan memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).

Mengapa diperlukan pendekatan pembelajaran berbasis masalah?
Perlunya pendekatan pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada kenyataan-kenyataan sebagai berikut:
1. Pada dasarnya, berpikir terjadi dalam konteks memecahkan masalah, yaitu adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang ada.
2. Seseorang menjadi tertarik atau berminat mengerjakan sesuatu apabila berada dalam ruang lingkup atau berkaitan dengan masalah yang dihadapinya. Demikian pula dengan belajar.
3. Pada saat mempelajari bahan pelajaran, siswa ingin segera mengetahui apa sebenarnya manfaat mempelajarinya, dan masalah apa sajakah yang dapat dipecahkan dengan pengetahuan atau bahan itu.
4. Suatu kompetensi paling efektif dicapai oleh pelajar melalui serangkaian pengalaman pemecahan masalah realistik yang di dalamnya si pelajar secara langsung menerapkan unsur-unsur kompetensi tersebut.

Bagaimana cara melaksanakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah?