Rabu, 04 Mei 2011

ALUMINIUM DAN SENYAWANYA


I.                     Judul Percobaan
Aluminium dan Senyawanya
II.                   Tujuan Percobaan
Mempelajari sifat-sifat logam aluminium dan persenyawaannya
III.                  Latar Belakang Teori
Nama aluminium diturunkan dari kata yang menunjuk pada senyawa garam rangkap KAl (SO4)2.12H2O ; kata ini berasal dari bahasa latin alumen yang artinya garam pahit. Oleh Humphry Davy, logam dari garam rangkap ini diusulkan dengan nama aluminum dan kemudian berubah menjadi aluminium. Namun, nama ini pun segera termodifikasi menjadi aluminium yang menjadi popular diseluruh dunia kecuali di Amerika Utara dimana American Chemical Society (Himpunan Masyarakat Kimia Amerika) pada tahun 1925 memutuskan tetap menggunakan istilah aluminium di dalam publikasinya. Aluminium dengan konfigurasi elektronik [10Ne] 3s2 3p1 dikenal mempunyai tingkat oksidasi +3 dalam senyawanya. Logam aluminium tahan terhadap korosi udara, karena reaksi antara logam aluminium dengan oksigen udara menghasilkan oksidanya (Kristian H. Sugiarto. 2005 ; 123).
Bila terkena udara, objek-objek aluminium teroksidasi pada permukaanya. Tetapi lapisan oksidasi ini melindungi objek dari oksida lebih lanjut. asam klorida encer dengan mudah melarutkan logam ini. Pelarutan lebih lambat dalam asam sulfat encer atau asam nitrat encer :
2 Al + 6 H+                    2 Al3+ + 3 H2
Proses pelarutan dapat dipercepat dengan menambahkan sedikit merkurium II klorida pada campuran. Asam klorida pekat juga melarutkan aluminium.
                  2 Al + 6 HCl                     2 Al3+ + 3 H2   + 6 Cl-
Asam sulfat pekat melarutkan aluminium dengan membebaskan belerang dioksida.
                  2 Al + 6 H2SO4                  2 Al3+ + 3 SO43- + 3 SO2   + 6 H2O
Asam klorida pekat membuat logam menjadi pasif. Dengan hidroksida-hidroksida alkali membentuk larutan tetrahidroksoaluminat
                  2 Al + OH- + 3 H2O                     2 [Al(OH)]- + 3 H2
(Svehla, G. 1985 ; 266).
                  Reaksi aluminium klorida dengan air menarik. Jika anda meneteskan air pada aluminium klorida pekat, anda mendapatkan reaksi yang hebat menghasilkan awan dari uap gas hydrogen klorida. Jika anda menambahkan aluminium klorida padat  ke dalam air yang berlebih, ini masih belum jelas selain menghasilkan gas hydrogen klorida, anda mendapatkan terbentuknya larutan asam. Suatu larutan aluminium klorida pada konsentrasi normal (sekitar 1 mol dm-3, sebagai contoh) akan mempunyai pH sekitar 2-3. Larutan yang lebih pekat pH-nya akan lebih rendah lagi. Aluminium klorida bereaksi dengan air lebih dari sekedar larut. Pada contoh pertama, ion heksaakuoaluminium terbentuk bersama dengan ion klorida.
                  AlCl3 (s) + 6 H2O(l)                                    [Al(H2O)6]3+(aq) + 3 Cl-(aq)
Keseimbangan ini (yang manapun anda tulis) lebih cenderung ke kanan, dan larutan yang terbentuk lebih asam, ada ion hidroksonium yang lebih banyak.
                  [Al(H2O)6]3+ + H2O                         [Al(H2O)5(OH)]2+ + H3O+
Atau lebih sederhananya :
                  [Al(H2O)6]3+(aq)                   [Al(H2O)5(OH)]2+(aq) + H+(aq)
Hidrogen klorida tidak dapat terbentuk jika tidak ada air yang cukup (Anonim 1. 2008).
                  Larutan natrium hidroksida : endapan putih aluminium hidroksida :
                  Al3+ + 3 OH-                     Al(OH)3
Endapan melarut dalam reagensia berlebihan, pada mana ion-ion tetrahidroksoaluminat terbentuk :
                  Al(OH)3 + OH-            [Al(OH)4]-
Pengendapan aluminium hidroksida oleh larutan natrium hidroksida dan ammonia tak akan terjadi bila ada serta asam tartarat, asam sitrat, asam sulfosalsilat, asam malat, gula dann lain-lain senyawa hidroksi organik, karena pembentukan garam-garam kompleks yang larut. Maka zat-zat organic ini harus diuraikan dengan pemijaran perlahan-lahan atau dengan menguapkan dengan asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat sebelum aluminium dapat diendapkan dalam pengerjaan analisis kualitatif yang biasa (Svehla, G. 1985 ; 267).
                  Dengan asam klorida encer, terbentuk larutan aluminum klorida yag tak berwarna.
                  Al(OH)3 + 3 HCl                      AlCl3 + 3 H2O
Tetapi aluminium hidroksida juga mempunyai sifat asam. Dalam hal ini akan  bereaksi dengan larutan natrium hidroksida menghasilkan larutan natrium tetrahidroksoaluminat yang tak berwarna.
                  Al(OH)3 + NaOH                      NaAl(OH)4
(Anonim II. 2008).
                   Al2O3 yang membentuk  lapisan non pori dan membungkus permukaan logam hingga tidak terjadi reaksi lebih lanjut. Lapisan dengan ketebalan 10-4-10-6 mm sudah cukup mencegah terjadinya kontak lanjut permukaan logam dengan oksigen. Hal ini dapat terjadi karena ion oksigen mempunyai jari-jari ionic (124 pm) tidak jauh berbeda dari jari-jari metalik atom aluminium (143 pm). Akibatnya kemasan permukaan hamper tidak  beruah karena jari-jari ion aluminium (68 pm) “tepat” menempati rongga-rongga struktur permukaan oksida hidroksida aluminium juga bersifat amfoterik.
                  Al2O3(s) + 6 H3O-(aq)                  2 Al3+(aq) + 9 H2O(s)
                                    Al2O3(s) + 2 OH-(aq)              2 OH-(aq) + 3 H2O(l)              2 [Al(OH)4](aq)
                  Al2O3(s) + 3 H3O-(aq)                    Al3+(aq) + 6 H2O(l)
                  Al2O3(s) + OH-(aq)                                                          2 [Al(OH)4]-(aq)
(sugiarto H, Kristian. 2005 ; 131).
                  Proses Hall untuk pengolahan logam aluminium dibagi atas 2 tahap yaitu :
a.       Tahap pemurnian
Tahap pemurnian bauksit ; tahap ini dilakukan dengan memanfatkan sifat amfoter aluminium oksida.
b.      Tahap elektrolisis
Al2O3                   2 Al3+ +3 O2-
            Katoda : 2 Al3+ + 6 e                   2 Al
            Anoda : 3 O2-                   3/2 O2 + 6 e
                          2 Al2O3                              2 Al + 3/2 O2
(Wilknson. 1989 ; 76-77).
IV.                Alat dan Bahan
1.       Alat
a.       Tabung reaksi
b.      Lampu spritus
c.       Batang pengaduk
d.      Kaca arloji
e.      Gelas kimia
f.         Botol semprot
g.      Rak tabung reaksi
h.       Neraca analitik
i.         Ppipet tetes
j.         Penjepit
k.       corong
2.       Bahan
a.       AlCl3 anhidrat
b.      NH4OH
c.       NaOH
d.      HNO3 encer
e.      Metil violet
f.         MgCl2 anhidrat
g.      Aquades
h.       Al2O3
i.         HCl
j.         MgO
k.       Indikator universal
l.         tissu
V.                  Cara Kerja
a.       Sifat aluminium hidroksida
1.       Kedalam sebuah reaksi yang berisi 2 mL larutan garam aluminium, menambahkan beberapa tetes ammonia. Mengamati apa yang terjadi.
2.       Meneruskan penambahan ammonia hingga berlebih, mengamati apa yang terjadi.
3.       Ke dalam sebuah tabung reaksi yang berisi 2 mL larutan garam aluminum, menambahkan beberapa tetes larutan NaOH.
4.       Membagi dua bagian endapan yang terjadi.
5.       Bagian pertama meneruskan penambahan NaOH hingga berlebih, sedang bagian yang lain menambahkan dengan HNO3 encer, mengamati apa yuang terjadi.
6.       Menyediakan endapan aluminium hidroksida dengan cara mereaksikan larutan garam aluminium dengan larutan NaOH encer.
7.       Menyaroing endapan yang terbentuk. Endapan yang terbentuk dicuci dengan air dingin.
8.       Menuangi dengan larutan yang berwarna atau metil violet. Mengamati apa yang terjadi.
b.      Membandingkan aluminium klorida dengan magnesium klorida
1.       Memanaskan aluminium klorida anhidrat dalam tabung reaksi. Mengamati apa yang terajadi.
2.       Mengulangi percobaan dengan menggunakan magnesium klorida anhidrat sebagai penggantio aluminium klorida anhidrat. Mengamati apa yang terjadi.
3.       Menimbnag 0,1 gram aluminium klorida anhidrat dan magnesium klorida anhidrat.
4.       Memasukkan aluminium klorida anhidrat dan magnesium klorida anhidrat ke dalam masing-masing tabung reaksi.
5.       Menambahkan air setetes demi setetes pada kedua tabung reaksi tersebut.
6.       Mengamati pH-nya dengan menggunakan indicator universal.
c.       Membandingkan sifat asam-basa Al2O3 dan MgO
1.       m masukkan kurang lebih 0,1 gram aluminium oksida dan 0,1 gramm magnesium oksida dalam tabung reaksi yang berbeda.
2.       Menambahkan dengan 3 mL air dan mengocoknya.
3.       Mengamati apa yang terjadi dan memeriksa pH-nya.
4.       Memasukka kurang lebih 0,1 gram aluminium oksida dan 0,1 gram magnesium oksida ke dalam tabung reaksi yang berbeda.
5.       Menambahkan dengan 3 mL asam klorida encer.
6.       Mengamati apa yang terjadi.
7.       Mengulangi percobaan diatas dengan menggunakan larutan natrium hidroksida  sebagai pengganti larutan asam klorida encer.
d.      Membandingkan sifat basa ion aluminium dan ion magnesium
1.       Menuangkan 3 mL larutan garam aluminium 0,1 M ke dalam sebuah tabung reaksi dan ke dala tabung reaksi yang lain 3 mL larutan garam magnesium 0,1 M.
2.       Memeriksa pH setiap larutan dengan indicator universal.
3.       Menambahkan larutan natrium hidroksida pada 3 mL larutan garam aluminium 0,1 M sehingga endapan yang terbentuk larut lagi.
4.       Mengulangi percobaan (d-3) di atas dengan mengganti larutan garam magnesium 0,1 M sebagai pengganti larutan garam aluminium 0,1 M
VI.                Hasil Pengamatan
1.       Sifat aluminium hbidroksida
·        3 mL AlCl3 anhidrat + bebrapa tetes larutan NH4OH                  endapan putih + NH4OH berlebih       larutan bening.
·        3 mL AlCl3 anhidrat + beberapa tetes NaOH                  endapan putih
Dibagi dua : (1) + NaOH berlebih                larutan bening
                     (2) + HNO3 encer                  larutan bening
·        3 mL AlCl3 anhidrat + NaOH 0,1 M                   endapan  putih   disaring
Endapan putih + akuades                   endapan putih + metil violet
Endapan berwarna ungu.
2.       Membandingka aluminium klorida dengan magnesium klorida
·        0,1 gram AlCl3 anhidrat   dipanaskan     serbuk putih
·        0,1 gram MgCl2 anhidrat  dipanaskan   meleleh membentuk larutan benning
·        0,1 gram AlCl3 anhidrat + 10 tetes akuades                  larut, pH = 3
·        0,1 gram MgCl2 anhidrat + 10 tetes akuades                   tidak larut, pH = 5
3.       Membandingkan sifat asam-basa Al2O3 dan MgO
·        0,1 gram Al2O3 + 3 mL H2O                  larutan bening ; pH = 5
·        0,1 gram  Al2O3 + 3 mL HCl                     larutan bening ; pH = 1
·        0,1 gram  Al2O3 + 3 mL NaOH 0,1 M                  larutan bening ; pH = 13
·        0,1 gram MgO + 3 mL H2O                   larutan bening ; pH = 9
·        0,1 gram  MgO + 3 mL HCl                    larutan bening ; pH = 9
·        0,1 gram  MgO + 3 mL NaOH 0,1 M                  larutan bening ; pH = 13
VII.               Pembahasan
a.       Sifat Aluminium Hidroksida
Pada percobaan ini, aluminium hidroksida dapat dibuat dengan mereaksikan aluminium klorida dengan ammonia, domana reaksinya :
      AlCl3 + 3 NH4OH                    Al(OH)3     + 3 NH4Cl
              Larutan yang diperoleh ditambahkan lagi NH4OH berlebih sehingga larutan menjadi bening. Hal ini menandakan bahwa aluminium hidroksida larut dalam basa membentuk tetrahidroksialuminat, sesuai reaksi :
               Al(OH)3 + NH4OH                      [Al(OH)4]- + NH4+
Demikian juga pada larutan alkil hidroksida dimana jika bereaksi dengan alkil hidroksida (dalam hal ini natrium hidroksida) akan membentuk aluminium hidroksida. Adapun reaksinya :
              AlCl3 + 3 NaOH                               Al(OH) + 3 NaCl
              Dari persamaan diatas, menunjukkan bahwa endapan putih aluminium hidroksida dibentuk apabila garam aluminium direaksikan dengan amoniak ataupun dengan alkil hidroksida (NaOH).
              Dari percobaan ini, endapan yang terbentuk dari pencampuran garam aluminium dengan antrium hidroksida dibagi dua, dimana endapan pertama ditambahkan lagi NaOH berlebih maka endapan tersebut akan melarut lagi dimana hidroksil dalam reagensia berlebih akan membentuk ion-ion tetrahidroksoaluminat yang berwarna bening. Hal ini menandakan bahwa aluminium hidroksida juga mempunyai sifat asam. Adapun reaksinya :
              Al(OH)3  + NaOH                 [Al(OH)4]- (bening) + Na+
              Endapan kedua direaksikan dengan asam halida encer (HCl) maka akan membentuk garam aluminium dan air sesuai dengan reaksi:
              Al(OH)3   + 3 HCl                   AlCl3 + 3 H2O
Hal ini menandakan bahwa aluminium hidroksida bila bereaksi dengan asam klorida encer akan bersifat netral dari larutan AlCl3.
              Endapan aluminium hidroksida bila direaksikan dengan metil violet maka endapan berubah dari putih menjadi ungu. Hal ini menandakan bahwa larutan bersifat basa, karena metil violet akan berwarna ungu bila larutan berada dalam trayek basa.
              Dari percobaan sifat aluminium hidroksida yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa aluminium bersifat amfoterik (dapat bereaksi dengan asam maupun dengan basa) dan reversibel atau larut kembali apabila pereaksinya berlebih.
b.      Membandingkan aluminium  klorida dan magnesium klorida
Pada percobaan ini, aliminium klorida dan magnesium klorida yang dibandingkan adalah sifat kelarutannya. Pada pemanasan aluminium klorida akan menghasilkan gas klor dan aluminium oksida, dimana reaksinya :
2 AlCl3 + O2                     Al2O3 + 3 Cl2
                                    Pada pemanasannya aluminium klorida tidak meleleh atau dihasilkan serbuk putih. Hal ini menandakan bahwa titik leleh aluminium sangat tinggi sehingga aluminium klorida akan menyublim dan berkumpul pada bagian bawah tabung reaksi-reaksi, sesuai dengan reaksi :
                                    2 Al + 3 Cl2                     2 AlCl3
                                                            Pada pemanasan magnesium klorida akan menghasilkan gas klor dan larutan magnesium oksida yang berwarna bening, sesuai reaksi :
                                    2 MgCl2 + O2                      2 MgO + 2 Cl2
                        Pada pemanasannya, magnesium klorida meleleh dengan cepat membentuk suatu larutan. Hal ini menandakan bahwa titik leleh magnesium rendah.
                                    Hal lain karena mengapa MgCl2 lebih mudah melelh dari pada AlCl3 karena dalam kristal MgCl2, panas yang dibutuhkan untuk mengatasi daya tarik diantara ion-ion juga besar ini disebabkan karena muatannya yang hanya +2 atau jumlah ion kloridanya dua kali lebih banyak dari ion magnesium sedangkan pada kristal AlCl3 jumlah ion kloridanya 3 kali lebih banyak dari pada ion aluminiumnya sehingga panas yang dibutuhkan untuk mengatasi daya tarik diantara ion-ion lebih kecil disbanding magnesium.
                                    Aluminium klorida apabila direaksikan dengan air akan menghasilkan larutan heksaakuoaluminium dan klor. Adapun reaksinya :
                                    AlCl3(s) + 6 H2O(l)                     [Al(H2O)6]3+(aq) + 3 Cl-(aq)
                        Larutan yang diperoleh mempunyai pH sebesar 3. Hal ini menandakan bahwa larutan bersifat asam.
                                    Magnesium klorida direaksikan dengan air akan menghasilkan larutan heksaakuomagnesium dan klor. Adapun reaksinya :
                                    MgCl2(s) + 6 H2O(l)                   [Mg(H2O)6]2+(aq) + 2 Cl-(aq)
                        Larutan yang diperoleh mempunyai pH sebesar 5. Hal ini menandakan bahwa larutan bersifat asam.
                                    Dari percobaan  diatas, bahwa aluminium dalam bentuk ion kompleks tingkat keasamannya lebih besar dibandingkan dengan magnesium dalam bentuk kompleks, dan AlCl3 mudah larut dalam air dibandingkan dengan MgCl2. Hal ini terjadi karena menurut anonim.2008 (lihat lampiran menyatakan tingkat keasamannya tergantung pada berapa banyak electron dalam molekul air yang didorong kea rah logam sebagai ion pusat .Hidrogen menjadi lebih positif dan lebih mudah ditarik oleh basa. Pada ion magnesium dipecah dari kisi padatannya dan berubah menjadi larutan, ada daya tarik yang cukup antara ion-ion 2+ dan molekul air untuk membentuk ikatan koordinasi (kovalen dativ) antara ion magnesium dan pasangan electron bebas disekitar molekul air. Sedangkan aluminium muatan tambahan itu mendorong electron dari molekul air tertarik oleh aluminium dengan kuat. Yang menyebabkan hydrogen lebih positif dan lebih mudah dihilangkan dari ion. Dengan kata lain, ion ini lebih asam dibandingkan dengan magnesium.
c.       Membandingkan sifat asam-basa Al2O3 dan MgO
            Aluminium oksida direaklsikan dengan air akan membentuk larutan bening, namun dalam hal ini tidak bereaksi secara sederhana dengan air. Walaupun Al2O3 mengandung ion oksida, tapi terlalu kuat berada dalam kisi padatan untuk bereaksi dengan air dengan pH = 6
            Al2O3 + H2O
            Magnesium oksida direaksikan dengan air akan menghasilkan larutan magnesium hidroksida yang keruh dengan pH = 9 yang menandakan larutan bersifat basa. Adapun reaksinya :
            MgO + H2O                       Mg(OH)2
            Aluminium oksida bereaksi dengan asam klorida akan membentuk larutan aluminium klorida dengan pH = 1. Hal ini menandakan bahwa larutan bersifat asam.
            Al2O3 + 6 HCl                        2 AlCl3 + 3 H2O
            Magnesium oksida bereaksi dengan asam klorida encer akan menghasilkan larutan magnesium klorida dengan pH = 9. Hal ini menandakan bahwa larutan bersifat basa.
            MgO + 2 HCl                        MgCl2 + H2O
            Kristal aluminium oksida bereaksi dengan NaOH menghasilkan laruitan NaAlO3 dan gas H2 dengan pH = 13. Adapun reaksinya :
            Al2O3 + 2 NaOH                         2 NaAlO3 + 3 H2
            Kristal magnesium oksida bereaksi dengan NaOH menghasilkan larutan yang keruh yaitu mg(OH)2 dan Na dengan pH = 13. Adapun reaksinya:
            MgO + NaOH                        Mg(OH)2 + 2 Na
            Dari percobaan yang dilakukan, bahwa Al2O3 dan MgO bersifat basa yang dapat dilihat dari ukuran pH-nya yaitu 13.
d.      Membandingkan sifat basa ion aluminium dengan ion magnesium
            Aluminium klorida dengan pH = 3 bereaksi dengan larutan NaOH 0,1 M akan menghasilkan larutan keruh atau larutan Al(OH)3 dengan pH = 4 dan akan menghasilkan larutan tetrahidroksilaluminium dengan pH = 10 saat ditambahkan larutan NaOh berlebih. Dimana dapat dilihat dari larutannya yang tadinya keruh menjadi bening kembali. Adapun reaksinya :
            AlCl3 + 3 NaOH                                     Al(OH)3 + 3 NaCl
            Al(OH)3 + NaOH                        [Al(OH)4]- + Na+
            Magnesium  klorida dengan pH = 4 bereaksi dengan larutan NaOH 0,1 M akan menghasilkan larutan keruh atau larutan Mg(OH)2 dengan pH = 5 dan bila ditambahkan dengan NaOH 0,1 M berlebih maka larutan akan semakin keruh dan menmggumpal. Adapun reaksinya :
            MgCl2 + 3 NaOH             `          Mg(OH)2 + 2 NaCl
            Mg(OH)2 + NaOH
Hal yang menyebabkan magnesium hidroksida tidak dapat bereaksii dengan NaOH berlebih karena sifat kebasaannya lebih kuat disbanding dengan aluminium hidroksida.
VIII.             Kesimpulan dan Saran
a.       Kesimpulan
1.       Aluminium hidroksida bersifat amfoter.
2.       Aluminium klorida mempunyai titik leleh yang lebih tinggi dibandingkan dengan magnesium klorida.
3.       Aluminium klorida kelarutannya lebih besar dibandingkan dengan magnesium klorida.
4.       Magnesium oksida dan aluminium oksida mempunyai sifat basa.
5.       Ion aluminium memiliki sifat basa yang lemah dibandingkan dengan ion mmagnesium yang sifat basanya lebih besar (kuat).
b.      Saran
Sebaiknya praktikum selanjutnya, sebelum melakukan percobaan diharapkan mencuci alat-alat dengan bersih sehingga percobaan yang dilakukan maksimal.





Daftar Pustaka
Anonim I. 2008. Sifat-sifat Magnesium Klorida dan Aluminium Klorida. Online: http://www.chem
-is-try.org/materi-kimia/kimia_anorganik I/unsur-unsur_periode_3/sifat_klorida_unsur_
Periode_3/. Diakses pada tanggal 06-Mei-2010, pukul 21.00 WITA.
Anonim II. 2008. Sifat-sifat Hidroksida Periode 3. Online: http://www.chem-is-try.org/materi_
            Kimia/kimia_anorganik 1/unsur-unsur_periode_3/sifat-sifat_hidroksida_periode_3/.
            Diakses pada tanggal 06-Mei-2010, pukul 21.00 WITA.
Sugiarto H, Kristian. 2005. Kimia Anorganik 1. JICA : Universitas Negeri Malang.
Svehla, G. 1985. Analisis Kuantitatif Anorganik Makro dan Semi Makro. Jakarta : PT. Kalman
            Media Pustaka
Wilknson. 1989. Kimia anorganik Dasar. Jakarta : UI Press

Tidak ada komentar: