Kamis, 13 Oktober 2011

“metode Hamburan Cahaya” (TURBIDIMETER)


I.              JUDUL PERCOBAAN
“metode Hamburan Cahaya”

II.           TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan konduktans dari berbagai macam sumber air berdasarkan metode hamburan cahaya (turbidimetri).
III.        LANDASAN TEORI
Turbidimeter adalah pengukuran spesies hamburan cahaya dalam larutan dengan memanfaatkan intensitas cahaya berkas masuk setelah dilewatkan melalui larutan. Untuk uji turbidimetri, perubahan cahaya yang diserap (kebalikan dari jumlah yang ditransmisikan) bisa dikaitkan dengan jumlah agglutimasi yang terjadi. Dengan demikian, jumlah analit (spesies yang menyebabkan agglutimasi) dalam sampel bisa ditentukan dengan mudah (Anonim,2010).
Turbiditas merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan. Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan. Yaitu pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap intensitas yang datang; pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman di mana cahaya yang mulai tidak tampak di dalam lappisan medium yang keruh. Instrumen pengukuran perbandingan tyndall disebut sebagai tyndall meter. Dalam instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedangkan pada nefelometer, intensitas cahaya diukur dengan larutan standar. Turbidineter mliputi pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas berbandinglurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas tergantung juga pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombang (Khopkhar,2003 : 7)
Prinsip spektroskopi absorbsi pada turbidimeter dan nefelometer. Untuk turbidimeter, absorbsi akibat partikel yang tersuspensi yang diukur sedangkan pada nefelometer, hamburan cahaya oleh suspensilah yang diukur. Meskipun presisi metode ini tidak tinggi tetapi mempunyai kegunaan praktis, sedangkan akuransi pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk partikel. Setiap instrumen spektroskopi absorbsi dapat digunakan untuk turbidimeter. Sedangkan nefelometer sering digunakan pada nalisis anorganik. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, absorbsi bervariasi secara linier terhadap konsentrasi, sedangkan pada konsentrasi yang lebih rendah untuk sistem koloid Te dan SnCl2, tembaga ferrosianida dan sulfida-sulfida logam berat tidak demikian halnya. Kelarutan zat tersuspensi seharusnya kecil. Suatu gelatin pelundung koloid biasanya digunakan untuk membentuk suatu dispersi koloid yang seragam dan stabil (Tim Dosen Kimia Analitik,2010 : 23).
Menurut Moulyono (2007 :891) turbodimetri merupakan analisis berdasarkan pengukuran berkurangnya kekuatan sinar melalui larutan yang mengandung partikel tersuspensi.

Menurut Handayana (1994 : 143) ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan supaya hukum Beer dapat dipakai yaitu :
1.      Syarat konsentrasi
Beer baik untuk larutan encer. Pada konsentrasi tinggi (biasanya 0,01 M) jarak tara-rata di antara zat-zat pengabsorbsi menjadi kecil sehingga masing-masing zat mempengaruhi distribusi muatan tetangganya. Intensitas ini dapat mengubah kemampuan untuk mengabsorbsi cahaya pada masing-masing panjang gelombang yang diberikan.
2.      Syarat kimia
Zat pengabsorbsi tidak boleh terdisosiasi, berasosiasi, atau bereaksi denga pelarut menghasilkan suatu produk pengabsorbsi spektrum yang berbeda dari zat yang dianalisis.
3.      Syarat cahaya
Hukum beer hanya belaku untuk cahaya yang betul-betul monokromatomik (cahaya yang mempunyai satu macam panjang gelombang).


IV.        ALAT DAN BAHAN
A.    Alat-alat yang digunakan
1.      Turbidimeter 1 set
2.      Botol air minum
B.     Bahan-bahan yang digunakan
1.      Larutan standar 1 set terdapat dalam alat turbidimeter
2.      Air minum kemasan merek Anda dan J-S
3.      Air PAM (BTP dan Mallengkeri)
4.      Air sumur (Wusmal dan Sabri)
5.      Air sumur bor
6.      Air galon

V.           PROSEDUR KERJA
1.      Menyiapkan seluruh bahan dan peralatan yang akan digunakan
2.      Menyalakan alat turbidimeter
3.      Mengkalibrasi alat dengan larutan standar yang telah disiapkan
4.      Mengukur turbiditans setiap sampel yang ada.

VI.         HASIL PENGAMATAN
No
Jenis air (sampel)
Turbiditans (NTU)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Air sumur Wusmal
Air PAM BTP
Air minum merek J-S
Air PAM Mallengkeri
Air sumur Sabri
Air galon
Air sumur bor
Air minum merek Anda
2,450
0,832
0,151
1,450
0,807
0,458
0,518
0,301
   


VII.     PEMBAHASAN
Turbidimetri merupakan suatu metode analisis kimia yang digunakan untuk mengetahui turbiditans atau kekeruhan dari suatu sampel berdasarkan penghamburan cahaya. Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui/mengukur tingkat turbiditans atau kekeruhan dari berbagai sumber air yang digunakan.
Pada percobaan ini alat yang digunakan untuk mengukur turbiditans yaitu turbidimeter. Turbidimeter memiliki sifat optik akibat dispersi sinar yang dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Cahaya yang tiba dapat dipantulkan dengan intensitas tertentu katena akibat adanya partikel-partikel tersuspensi di dalam sampel yang bergerak dengan gerakan efek tyndall. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya dianggap konstan.
Sebelum turbidimeter digunakan untuk menentukan tingkat kekeruhan dari sampel, terlebih dahulu turbidimeter dikalibrasi dengan menggunakan sampel standar dari turbiditans/kekeruhan 0,01 NTU sampai 7500 NTU. Hal ini dilakukan untuk menstandarkan kembali alat tersebut pada keadaan atau kondisi praktikum.
Pada percobaan ini, uji kekeruhan dilakukan pada sampel yang berbeda yaitu air sumur Wusmal, air sumur Sabri, air PAM BTP, air PAM mallengkeri, air sumur bor, air galon, dan air kemasan merek Anda dan J-S. Sampel-sampel ini dimasukkan ke dalam kuvet. Dalam pengisian harus dilakukan secara hati-hati agar kuvet tidak basah. Tapi jika basah harus dibersihkan dengan tissue sampai kering. Sebab jika tidak dibersihkan akan mempengaruhi hasil bahkan dapat merusak alat turbidimeter. Selanjutnya sampel diukur kekeruhannya. Dari hasil pengukuran, diketahui bahwa air sumur Wusmal memiliki kekeruhan 2,450 NTU ; air PAM BTP 0,832 NTU; air minum merek J-S 0,151 NTU; air PAM Mallengkeri 1,450; air sumur Sabri 0,807 NTU; air galon 0,458 NTU; air sumur bor 0,518 NTU, dan air minum merek Anda 0,301 NTU.
Dari data-data tersebut menunjukkanbahwa air yang paling tinggi tingkat kekeruhannya ialah air sumur Wusmal dibanding dengan sampel air yang lainnya. Tingginya kekeruhan dari air sumur Wusmal tersebut menunjukkan bahwa air tersebut banyak mengandung partikel-partikel yang tersuspensi.
Menurut teori atau WHO (World Health Organization). Menetapkan bahwa kekeruhan air minum tidak boleh lebih dari 5 NTU, dan idealnya harus di bawah 1 NTU. Berdasarkan teori tersebut dapat dikatakan bahwa semua sampel yang diujikan telah memenuhi kelayakan untuk dikomsumsi sebab tingkat kekeruhan (turbiditans) berada di bawah 5 NTU.

VIII.  KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
1.      Tingkat kekeruhan dari setiap sampel air yaitu air sumur Wusmal2,450 NTU ; air PAM BTP 0,832 NTU; air minum merek J-S 0,151 NTU; air PAM Mallengkeri 1,450; air sumur Sabri 0,807 NTU; air galon 0,458 NTU; air sumur bor 0,518 NTU, dan air minum merek Anda 0,301 NTU.
2.      semua sampel yang diujikan telah memenuhi kelayakan untuk dikomsumsi
B.     Saran
1.      Penggunaan alat ini harus dilakukan secara hati-hati, sebab alat ini sangat sensitif dan mudah rusak.
2.      Ketika ingin memasukkan kuvet ke dalam turbidimeter sebaiknya lakukan pembersihan atau pengeringan terhadap dinding luar kuvet.

  
DAFTAR PUSTAKA
Handayana,Sumar. 1994. Kimia Analitik instrumen Edisi I. Semarang: Penerbit IKIP Semarang.
Khopkhar,S.M. 2003. Dasar-dasar Kimia Analitik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Mulyono. 2007. Kamus Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.   
Tim Dosen Kimia Analitik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Instrumen. Makassar: Juurusan Kimia FMIPA UNM.

Tidak ada komentar: