BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi sekarang terjadi dengan pesat, baik teknologi informasi maupun teknologi komunikasi. Teknologi ini akan sangat berguna jika dalam perkembangannya yang sedang berjalan, di imbangi dengan perkembangan dalam dunia pendidikan, dimana pendidikan memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut dengan efektif. Tidak menutup kemungkinan kalau pendidikan di Indonesia akan lebih maju jika menggunakan teknologi canggih yang telah ada, salah satunya dalam pelajaran kimia.
Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang memiliki peranan penting terhadap ilmu-ilmu lain seperti pertanian, kesehatan, perikanan dan kimia terapan. Oleh karena itu kualitas pembelajaran kimia di sekolah-sekolah harus ditingkatkan. Kenyataan menunjukkan bahwa kimia masih dianggap sebagai suatu mata pelajaran yang sulit, sehingga hal ini dapat mengurangi minat siswa dalam belajar kimia yang dapat berdampak pada hasil belajar yang diperoleh oleh siswa itu sendiri.
Penggunaan media yang tepat merupakan suatu alternatif untuk mengatasi rendahnya hasil belajar peserta didik khususnya pada mata pelajaran kimia. Penggunakan media pembelajaran yang tepat dalam mengajar, diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan media harus mempertimbangkan dari segi kecocokannya terhadap materi yang diajarkan serta keadaan siswa yang meliputi kemampuan maupun waktu yang dimiliki.
Keberhasilan pendidikan salah satunya ditunjukkan dengan semakin meningkatnya hasil belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar siswa antara lain adalah media yang digunakan dalam pembelajaran. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh guru adalah menentukan media pembelajaran yang digunakan dalam mengajar agar siswa dapat belajar lebih giat sehingga memperoleh hasil belajar yang tinggi.
Kamil (2004) mengemukakan bahwa peranan media pembelajaran sangatlah penting dalam proses transformasi ilmu pengetahunan itu sendiri, karena media pembelajaran ini sangat penting untuk diperadakan dimana media pelajaran diperuntukkan untuk memotivasi siswa, memberikan pengalaman serta mempermudah siswa dalam mencerna dan menganalisis konsep-konsep kimia yang abstrak.
Seiring dengan kemajuan teknologi sekarang ini, komputer dapat dimanfaatkan sebagai salah satu komponen dalam media pembelajaran yang efektif dan efisien dalam bentuk. Komponen lain berupa software dapat dipadukan dengan memanfaatkan computer menciptakan suatu media pembelajaran interaktif. Apalagi di hampir setiap sekolah sudah mempunyai komputer yang jumlahnya cukup memadai untuk digunakan dalam proses pembelajaran serta siswa yang mempunyai keterampilan memadai juga untuk mengoperasikan komputer.
Sebagai sebuah produk, media interaktif merupakan hasil pemecahan suatu masalah berdasarkan pendekatan komunikasi audio visual. Rancangan sebuah media interaktif adalah sebuah desain komunikasi visual yang ditayangkan melalui monitor yang dapat dihadirkan pada saat tertentu. Layar monitor berfungsi sebagai media komunikasi visual yang tampilannya tidak berbeda dengan desain sebuah majalah atau sebuah surat kabar.
Berdasarkan hasil informasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran kimia, serta hasil observasi yang diperoleh selama mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri I Sungguminasa diperoleh bahwa siswa-siswa cenderung malas dalam mengikuti mata pelajaran kimia karena selama ini cara mengajar cenderung monoton, yaitu hanya berupa ceramah saja tanpa menggunakan media pembelajaran, hal inilah yang mengakibatkan siswa menjadi jenuh dan malas dalam mengikuti mata pelajaran kimia, yang berakibat pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh oleh siswa.
SMA Negeri I Sungguminasa adalah salah satu sekolah dengan fasilitas laboratorium komputer yang tergolong lengkap dengan memiliki dua buah LCD. Penggunaan media interaktif yang memanfaatkan komputer dan LCD sangat cocok digunakan di SMA Negeri I Sungguminasa. Media interaktif lebih mempermudah dalam mengajarkan materi khususnya dalam pelajaran kimia, sebab materi-materi yang akan diajarkan sudah disajikan dalam bentuk visual dengan menampilkan beberapa gambar animasi yang mampu diserap oleh siswa khususnya mata pelajaran kimia yang sifatnya abstrak.
Sifat Koligatif Larutan yang terbagai dalam empat subpokok bahasan merupakan salah satu materi dalam pelajaran kimia yang agak sukar dimengerti oleh siswa di SMA Negeri I Sungguminasa Gowa. Cara mengajar guru yang hanya berupa ceramah, tanpa menggunakan media pembelajaran menyebabkan siswa malas dalam belajar, hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh oleh siswa SMA Negeri I Sungguminasa Gowa.
Kriteria kelulusan yang digunakan di SMA Negeri I Sungguminasa yaitu < 75 dikategorikan tidak lulus, sedangkan nilai ≥ 75 dikategorikan lulus. Data yang diperoleh dari guru mata pelajaran kimia yang mengajar di kelas XII SMA Negeri I Sungguminasa yaitu pada tahun pelajaran 2007/2008 hasil belajar yang diperoleh siswa sangat rendah khususnya pada pokok bahasan sifat koligatif larutan, dimana tingkat kelulusannya yaitu 59% dengan kategori rendah.
Berpedoman pada penjelasan di atas, maka penulis akan mencoba meneliti tentang : “Pengaruh Penggunaan Media Interaktif Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPA SMA Negeri I Sungguminasa (Studi Pokok Materi Sifat Koligatif Larutan)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan suatu masalah yaitu : ”Seberapa besar pengaruh penggunaan Media Interaktif terhadap hasil belajar siswa kelas XII IPA SMA Negeri I Sungguminasa (Studi pokok materi sifat koligatif larutan)?”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk menemukan jawaban atas masalah penelitian yang dikemukakan di atas. Tujuan penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan Media Interaktif terhadap hasil belajar siswa kelas XII IPA SMA Negeri I Sungguminasa (Studi pokok materi sifat koligatif larutan)”.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai masukan bagi semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, khususnya guru bidang studi kimia dalam usaha meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
2. Memotivasi guru kimia untuk lebih mengoptimalkan penggunaan media Interaktif dalam pembelajaran.
3. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain untuk keperluan penelitian lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Media
Arief Sardiman mengemukakan bahwa kata “media” berasal dari bahasa latin yang secara harafiah berarti “perantara” atau “pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.
Menurut yahya Nursidik,2007:
Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harafiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Namun pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menagkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Schramm (Akhmad Sudrajat) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Hamidjojo (dalam Latuheru, 1993:27) mengatakan:
Media sebagai bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.
Marshall Luhan (Harjanto, 2003:246) berpendapat bahwa: media adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia.
Menurut Kiranawati,2008:
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat perantara yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat menimbulkan rangsangan pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikin rupa sehingga proses belajar dapat terjadi.
Menurut Wawan Rusmawan (2008), sejumlah manfaat yang dipetik pada saat menggunaan media pembelajaran antar lain:
a. Membantu kemudahan mengajar bagi guru.
b. Melalui alat bantu pengajar menjelaskan konsep/tema pelajaran yang abstrak dapat diwujudkan dalam bentuk kongkrit melalui contoh model.
c. Kegiatan belajar mengajar tidak membosankan atau tidak monoton.
d. Segala indra dapat diaktifkan dan turut berdialog/berproses.
e. Kelemahan satu indra misalnya mata atau pendengaran dapat diimbangi oleh indra lainya.
f. Lebih menarik minat dan kesenangan siswa serta memberikan variasi cara belajar siswa
g. Membantu mendekatkan dunia teori dengan realita yang sesunguhnya.
2. Pengertian CD Interaktif
CD Interaktif berasal dari dua istilah yaitu CD dan Interaktif. CD berasal dari bahasa Ingris merupakan singkatan dari Compact Disc, sedangkan interaktif dalam KBBI diartikan sebagai dialog antara komputer dan terminal atau komputer dengan komputer.
Arsyad (2002) menyatakan bahwa media pembelajaran interaktif adalah suatu sistem penyampaian pengajaran yang menyajikan materi video rekaman dengan pengendalian komputer kepada penonton (siswa) yang tidak hanya mendengar dan melihat video dan suara, tetapi juga memberikan respon yang aktif, dan respon itu yang menentukan kecepatan dan sekuensi penyajian.
CD Interaktif adalah salah satu media interaktif yang bisa tergolong baru. Media ini sebenarnya merupakan pengembangan dari teknologi internet yang akhir-akhir ini berkembang pesat. Sebagaimana dimaklumi bahwa teknologi internet saat ini menjadi salah satu tolok ukur majunya suatu perusahaan.
CD Interaktif merupakan sebuah media yang menegaskan sebuah format multimedia dapat dikemas dalam sebuah CD dengan tujuan aplikasi interaktif di dalamnya. CD ROM (Read Only Memory) merupakan satu-satunya dari beberapa kemungkinan yang dapat menyatukan suara, video, teks, dan program dalam CD, disini terlihat bahwa sistem interaktif yang dipakai CD Interaktif sama persis dengan sistem navigasi pada internet, hanya yang berbeda di sini adalah media yang dipakai keduanya. CD Interaktif memakai media off line berupa CD sementara Internet memakai media on line.
Media ini disebut CD Interaktif. Disebut media dikarenakan memiliki unsur audio-visual (termasuk animasi). Disebut interaktif karena media ini dirancang dengan melibatkan respon pemakai secara aktif. Karena itu, media ini berupa CD, maka dapat dikelompokkan sebagai bahan ajar e-Learning (Arsyad,2002).
Menurut Maroebeni (2008), kelebihan menggunakan CD Interaktif :
a. Menambah pengetahuan. Pengetahuan di sini adalah materi pembelajaran yang dirancang kemudahannya dalam CD Interaktif bagi pengguna.
b. Tampilan audio visual yang menarik. Menarik di sini tentu saja jika dibandingkan dengan media konvensional seperti buku atau media dua dimensi lainnya. Kemenarikan di sini utamanya karena sistem interaksi yang tidak dimiliki oleh media cetak (buku) maupun media elektronik lain (film TV, audio).
Tahapan-tahapan dalam menggunakan media CD Interaktif menurut Maroebeni dibagi menjadi 3 tahap, yaitu persiapan,pelaksanaan dan tindak lanjut.
a. Tahap persiapan meliputi:
1) Meneliti kelengkapan media audio interaktif dan petunjuk pemanfaatan
2) Memeriksa peralatan penyaji, bahan belajar, dan sarana penunjangnya
3) Mempelajari isi program
4) Mengatur ruangan, tempat duduk siswa, dan peralatan penyaji
5) Menjelaskan tujuan yang akan dicapai, topik yang akan dipelajari, dan kegiatan yang akan dilakukan di kelas
b. Tahap Pelaksanaan
1) Guru berdiri di dekat peralatan pemanfaatan media dan tidak berjalan ke sana kemari yang dapat mengganggu perhatian siswa
2) Memutar CD Interaktif dan mengatur volumenya
3) Memperhatikan aktifitas siswa dan mengelola kelas sesuai rancangan pembelajaran yang telah ditentukan
4) Bila perlu hentikan CD Interaktif dan beri kesmpatan siswa untuk bertanya
5) Hentikan CD Interaktif dan memberi kesempatan siswa mengerjakan tugas bila pada media tersebut terdapat tugas yang harus dikerjakan
6) Bila perlu memutar ulang CD Interaktif pada bagian yang kurang jelas bagi siswa
c. Tahap Tindak Lanjut
1) Mengajukan pertanyaan tentang materi dalam CD Interaktif
2) Memberikan penguatan, penjelasan tambahan, dan pengayaan terhadap materi yang telah didengarkan
3) Jika perlu memutar kembali media audio pada bagian-bagian tertentu
4) Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan isi program
5) Memberikan tugas/latihan dan tes sesuai dengan topik
6) Memeriksa jawaban siswa
3. Hasil Belajar
a. Belajar
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian belajar. Menurut Sardiman (1992 : 22) belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya.
Menurut Purwanto (1990: 85):
Belajar adalah merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada seorang bayi.
Sudjana (2004: 28) mengemukakan bahwa belajar bukan menghapal dan bukan pula mengingat, belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Menurut Sahabuddin (Abdul Haling, 2007: 2),
Belajar ialah sebagai suatu proses kegiatan yang menimbulkan kelakuan baru atau merubah kelakuan lama sehingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang dihadapi dalam hidupnya.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diutarakan di atas mengenai pengertian belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku dalam diri seseorang (individu) yang disebabkan oleh adanya suatu proses aktif yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.
b. Hasil Belajar
Nurhayati ( 2007: 20) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan perwujudan perilaku belajar yang biasanya terlihat dalam perubahan, kebiasaan, keterampilan, sikap, pengamatan dan kemampuan. Hasil belajar dapat dilihat dan diukur. Keberhasilan dalam proses belajar dapat dilihat dari hasil belajarnya.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang sebagai proses belajar, ataupun merupakan penguasaan pengetahuan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan guru.
Menurut Sudjana (1996: 22) bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Jadi hasil belajar adalah akibat dari suatu aktivitas yang dapat diketahui perubahannya dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap melalui ujian tes atau ujian.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Benyamin Bloom (Anni, 2004: 6) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu :
1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari pengetahuan/ingatan, pemahaman, analisis, aplikasi, sintesis dan evaluasi. Keenam tujuan ini sifatnya hierarkis, artinya kemampuan evaluasi belum tercapai bila kemampuan sebelumnya belum dikuasai.
2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup.
3) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.
Sedangkan Howard Kingsley (Sudjana, 2004: 45) membagi tiga macam hasil belajar, yakni: 1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian 3) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diutarakan di atas mengenai pengertian hasil belajar, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah melalui suatu proses belajar, baik dari segi kognitifnya (pengetahuan), afektifnya (sikap) maupun dari segi psikomotoriknya (keterampilan).
4. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2003: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
a. Faktor Intern
Faktor intern yang ada dalam diri siswa. Faktor intern dapat dikelompokkan, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
1) Faktor jasmaniah
Faktor jasmaniah meliput faktor kesehatan dan cacat tubuh. Proses kegiatan seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah. Agar seseorang dapat belajar dengan baik, kesehatan badanya harus tetap terjamin.
2) Faktor pikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu intelegensi, perhatian, minat dan motif.
Faktor intelegensi atau kecerdasan merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar siswa. Siswa yang intelegensinya rendah, sulit untuk mencapai hasil belajar yang baik.
Menurut Hamalik (2001 : 59), siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi umumnya memiliki perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan, mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi. Sebaliknya siswa yang kurang cerdas menunjukkan ciri-ciri belajar lebih lambat, memerlukan banyak latihan, membutuhkan waktu yang lama untuk maju, tidak mampu melakukan abstraksi.
Faktor Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar (Sardiman, 1992 : 44).
Adanya perhatian siswa terhadap pelajaran yang dihadapi sangat penting untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik. Bahan pelajaran yang tidak menarik perhatian siswa, akan membosankan. Karena bosan siswa tidak ingin belajar dan sebagai akibat, hasil belajarnya menjadi rendah atau menurun. Untuk menimbulkan perhatian diperlukan adanya suatu dorongan. Dalam hal ini orang tua siswa sangat diharapkan peranannya. Jika kebosanan terjadi di sekolah, maka guru dapat mengarahkan siswa untuk memperhatikan pelajaran.
Minat belajar sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, memiliki pengaruh yang besar. Minat sangat besar pengaruhnya dalam mencapai hasil belajar dalam suatu pekerjaan tertentu. Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan pendorong bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat motif-motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Menurut Purwanto (1990: 56), bahwa apa saja yang menarik minat seseorang maka akan mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
Motif yang kuat sangat diperlukan dalam belajar. Untuk membentuk motif yang kuat dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan serta adanya pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan sangat perlu dalam belajar.
3) Faktor kelelahan
Kelelahan mempengaruhi hasil belajar, agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajar.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri siswa. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang paling dekat dalam kehidupan siswa. Salah satu faktor penentu dalam keluarga adalah orang tua. Orang tua harus dapat menciptakan suatu keadaan dimana anak berkembang dalam suasana ramah tamah, kejujuran dan kerjasama yang diperlihatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari. Faktor yang sangat mempengaruhi hasil belajar anak dalam keluarga, meliputi cara mendidik, hubungan orang tua dengan anak dan ekonomi keluarga.
Sekolah sebagai tempat dimana siswa menuntut ilmu juga ikut menentukan hasil belajar siswa. Hubungan siswa dengan guru, hubungan siswa dengan siswa lain, kurikulum serta metode pembelajaran yang digunakan sangat menentukan hasil belajar siswa tersebut. Masalah-masalah yang ada di sekolah dan kurang menarik bagi siswa akan mengurangi minat belajar siswa di sekolah sehingga hasil belajar yang diperoleh tidak akan maksimal.
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga ikut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Jika masyarakat di sekitar siswa melakukan kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek pada siswa yang ada di lingkungan itu. Akibatnya belajarnya terganggu dan bahkan siswa kehilangan semangat belajar. Sebaliknya jika lingkungan siswa adalah orang yang baik-baik, siswa terpengaruh ke hal-hal baik. Pengaruh itu dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat, dan hasil belajar yang diperoleh akan baik.
5. Pokok Bahasan Sifat Koligatif Larutan
Materi sifat koligatif larutan diajarkan dengan alokasi waktu 14 jam pelajaran. Sifat koligatif meliputi: Penurunan tekanan uap (rP), Kenaikan titik didih (rTb), Penurunan titik beku () dan Tekanan osmotik ().
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
a. Penurunan Tekanan Uap (rP)
Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapanberkurang. Menurut RAOULT: p = po . XB dimana:
p = tekanan uap jenuh larutan
po = tekanan uap jenuh pelarut murni
XB = fraksi mol pelarut
Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi:
P = Po (1 - XA)
P = Po - Po . XA
Po - P = Po . XA
sehingga:
rP = po . XA
dimana:
rP = penurunan tekanan uap
po = tekanan uap pelarut murni
XA = fraksi mol zat terlarut
b. Kenaikan Titik Didih (rTb)
Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni. Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan: rTb = m . Kb dimana:
rTb = kenaikan titik didih (oC)
m = molalitas larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
Karena : m = (W/Mr) . (1000/p) ; (W menyatakan massa zat terlarut). Maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagai:
rTb = (W/Mr) . (1000/p) . Kb
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai: Tb = (100 + rTb)oC
c. Penurunan Titik Beku ()
Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai :
rTf = m . Kf = W/Mr . 1000/p . Kf Dimana:
rTf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
W = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan sebagai: Tf = (O - rTf)oC
d. Tekanan Osmotik ()
Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis).
Menurut VAN'T Hoff tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal: PV = nRT Karena tekanan osmotik = , maka : = n/V R T = C R T
Dimana:
= tekanan osmotik (atmosfir)
C = konsentrasi larutan (mol/liter= M)
R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/moloK
T = suhu mutlak (oK)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.
Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion adalah derajat ionisasi. Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai:
α = jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula-mula
Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan untuk elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1(0 < α < 1).
Atas dasar kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam perumusan sifat koligatifnya sebagai berikut:
Faktor Van’t Hoff(i) i = [1 + (n-1)α]
1) Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai:
rTb = m . Kb [1 + α (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kb [1+ α (n-1)]
n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya.
2) Untuk Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai:
rTf = m . Kf [1 + α (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kf [1+ α (n-1)]
3) Untuk Tekanan Osmotik dinyatakan sebagai:
= C R T [1+ α (n-1)]
B. Kerangka Berpikir
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang harus dipenuhi. Karena dengan pendidikan manusia dapat memperoleh keterampilan dan ilmu pengetahuan sebagai bekal hidup dimasa depan. Untuk memperoleh keterampilan dan ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya yaitu melalui pembelajaran, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditunjuk untuk membelajarkan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajarnya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal diperlukan berbagai faktor yang mendukung. Diantaranya kurikulum serta penggunaan media pembelajaran yang digunakan.
Proses belajar mengajar merupakan peran penting dalam pencapaian hasil belajar. Guru mempunyai tugas utama dalam penyelenggara pembelajaran, karena pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan untuk membelajarkan siswa. Untuk membelajarkan siswanya, salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran yang baik dapat membangkitkan minat dan pemahaman siswa pada mata pelajaran kimia. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka keberhasilan dalam belajar dapat tercapai.
Kenyataan menunjukkan bahwa materi kimia masih dianggap sebagai materi yang sulit, sehingga hal ini dapat menjadi kendala bagi peserta didik dalam mempelajarinya yang dapat berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh. Penggunaan media pembelajaran yang tepat merupakan suatu alternatif untuk mengatasi rendahnya hasil belajar peserta didik khususnya pada mata pelajaran kimia. Penggunaan media Interaktif dalam pembelajaran kimia diharapkan mampu mengatasi rendahnya hasil belajar peserta didik
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fajar Asti (2005) menyatakan bahwa prestasi belajar siswa yang diajar dengan menggunakan media berbasis audio visual CD Program, lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang diajar secara konvensional pada studi pokok kesetimbangan kimia.
Media Interaktif merupakan sebuah media yang memanfaatkan komputer dan software dimana materi-materi kimia disajikan dalam bentuk audio visual dengan menampilkan beberapa gambar animasi yang dengan mudah mampu diserap oleh siswa khususnya mata pelajaran kimia yang sifatnya abstrak.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah diutarakan di atas, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis penelitian sebagai berikut:
”Terdapat pengaruh positif hasil belajar kimia siswa kelas XII IPA SMA Negeri I Sungguminasa yang diajar dengan menggunakan media CD Interaktif dengan yang diajar tanpa menggunakan media CD Interaktif materi Sifat Koligatif Larutan”.
Untuk keperluan pengujian secara statistik, maka hipotesis tersebut dirumuskan sebagai berikut:
Ho : µ1 ≤ µ2 Lawan H1 : µ1 > µ2
Dimana :
Ho : Tidak ada pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas XII SMA Negeri I Sungguminasa
H1 : Ada pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas XII SMA Negeri I Sungguminasa
µ1 : Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan media CD Interaktif.
µ2 : Rata-rata hasil belajar siswa yang tidak diajar dengan menggunakan media CD Interaktif.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Variabel Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang terdiri dari 2 macam variabel, yaitu variabel bebas(independent) dan variabel terikat (dependent).
1. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah pembelajaran kimia dengan menggunakan media CD Interaktif dan pembelajaran kimia secara konvensional
2. Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah hasil belajar kimia siswa
B. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan Posttest-Only Control Design Pemilihan desain ini karena penelitian yang dilakukan melibatkan dua kelompok yang ditempatkan secara random dengan perlakuan yang berbeda, lalu dilakukan pengukuran dengan menggunakan tes hasil belajar. Model desain yang dimaksud adalah sebagai berikut : R O1 X E1
O2 E2
Keterangan :
R : Random X : Perlakuan
O1 : Kelompok eksperimen O2 : Kelompok kontrol
E1 : Posttest eksperimen E2 : Posttest kontrol
(Sugiono,2008: 112)
C. Defenisi Operasional Variabel
Media Interaktif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu media pembelajaran dimana materi-materi yang akan diajarkan sudah disajikan dalam bentuk visual dengan menampilkan beberapa gambar animasi yang mampu diserap oleh siswa khususnya mata pelajaran kimia yang sifatnya abstrak.
Hasil belajar kimia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai tes ujian yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima suatu ilmu pengetahuan dan pengalaman belajarnya.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPA SMA Negeri I Sungguminasa pada tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah siswa 155 siswa.
2. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu simple random sampling. Langkah-langkah pengambilan sampel yaitu menentukan dua kelas secara random dari lima kelas yang ada, karena dari 5 kelas ini diasumsikan homogen dalam hal kemampuan kimianya. Hal ini didasari atas penempatan siswa tiap kelas secara acak (berdasarkan informasi dari gurunya). Selanjutnya dari dua kelas yang terpilih, di random kembali untuk menentukan kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
E. Prosedur Pelaksanaan Eksperimen
Dalam pelaksanaan eksperimen ini, peneliti melakukan penelitian dalam dua tahapan yaitu sebagai berikut:
1. Tahap perencanaan
Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Menyusun program pengajaran dalam bentuk rencana pengajaran.
b. Menyusun soal-soal tugas yang disesuaikan dengan materi pelajaran.
c. Menyusun tes hasil belajar belajar
2. Tahap pelaksanaan eksperimen
Dalam proses kegiatan belajar mengajar, pada kelompok eksperimen diajar dengan menggunakan media CD Interaktif, sedangkan pada kelompok kontrol diajar tanpa menggunakan media CD Interaktif. Untuk mengetahui seberapa besar hasil belajar kimia siswa, maka dapat dilihat dari skor tes hasil belajar yang diperoleh siswa berdasarkan hasil tesnya.
F. Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui hasil belajar siswa, dalam penelitian ini digunakan tes hasil belajar kimia siswa setelah diberikan perlakuan.
Tes hasil belajar kimia siswa dalam penelitian ini berisiskan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan sifat koligatif larutan. Sebelum tes ini digunakan terlebih dahulu di uji mengenai validitasnya, yaitu validitas item.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi atas dua tahap, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan, meliputi:
a. Observasi awal
b. Mengurus surat izin penelitian
c. Mengatur jadwal penelitian
d. Memperbanyak instrumen penelitian
2. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap ini, yang dilakukan adalah memberikan tes hasil belajar kimia kepada peserta didik dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara serentak. Pemberian tes ini dilakukan setelah materi pokok bahasan sifat koligatif larutan.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu:
1. Analisis Statistika Deskriptif
Teknik analisis deskriptif digunakan untuk mendiskripsikan skor hasil belajar kimia pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis ini meliputi skor tertinggi, skor terendah, rata-rata, varians dan standar deviasi.
2. Analisis Statistika inferensial
Teknik analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dalam hal ini digunakan uji-t. Sebelum uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas ini, digunakan uji kai kuadrat ( chi square). Pengujian normalitas menggunakan persamaan :
χ² hitung =
Keterangan:
χ² hitung = Kai kuadrat (Chi Square)
Oi = Frekuensi hasil pengamatan
Ei = Frekuensi harapan
Kriteria pengujian:
Data berdistribusi normal bila X2hitung< X2tabel pada taraf signifikansi α= 0,05
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh bersifat homogen. Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji-F.
Varians terbesar
F =
Varians terkecil
Kriteria pengujian : jika Fhitung < Ftabel pada taraf signifikan α = 0,05, maka data bersifat homogen.
c. Uji hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t :
X1 - X2
t =
Dimana:
dsg =
Keterangan :
X1 = rata-rata hitung pada kelompok eksperimen
X2 = rata-rata hitung pada kelompok kontrol
S1 = standar deviasi pada kelompok eksperimen
S2 = standar deviasi pada kelompok kontrol
dsg = deviasi standar gabungan
n1 = jumlah sampel kelompok eksperimen
n2 = jumlah sampel kelompok control
Kriteria pengujian :
Terima H1 jika thitung > ttabel pada taraf nyata α = 0,05.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar